"Nama kelompok kalian apa?" tanya salah satu kakak OSIS.
Kami memilih nama "Jenderal Sudirman" untuk kelompok kami, dan mulai membuat yel-yel bersama. Aku mulai berkenalan dengan teman-teman baru. Salah satunya adalah Rosa, seorang gadis yang sangat percaya diri dan humoris. "Namamu cantik, seperti orangnya," katanya sambil tersenyum.
Hari itu berlalu dengan cepat. Meskipun canggung pada awalnya, aku mulai merasa nyaman di antara teman-teman baru. Keesokan harinya, aku datang terlambat karena bangun kesiangan. Aku sampai di sekolah lima menit setelah bel berbunyi, dan langsung menjadi sorotan. Ketua OSIS, Kak Davi, memanggilku ke lapangan.
"Lari keliling lapangan sepuluh kali!" perintahnya dengan tegas. Meski lelah, aku menyelesaikan hukuman itu tanpa protes.
Saat kembali ke aula, aku mencoba bergabung dengan kelompokku. Tapi Kak Davi memanggilku lagi. "Nama kamu siapa?" tanyanya tiba-tiba.
"Alleta," jawabku sambil menunduk malu.
"Cantik juga namanya," godanya. Aku hanya tersenyum kecil, merasa sedikit canggung.
Hari-hari MPLS diisi dengan aktivitas yang seru dan melelahkan. Namun, di tengah-tengah itu, aku sering berdebat dengan Devan, salah satu teman sekelompokku. Dia orangnya sangat judes, tapi entah kenapa kehadirannya selalu menarik perhatianku.
Setelah MPLS selesai, pengumuman kelas pun dilakukan. Aku ditempatkan di kelas X MIPA 2. Betapa kagetnya aku ketika tahu bahwa Devan juga sekelas denganku.
"Kok kamu ada di sini lagi?" tanyaku dengan nada setengah bercanda.
"Kita ditakdirkan jadi teman sekelas, mungkin," jawab Devan sambil tersenyum tipis.