Ekspresi orang tua tersebut sedikit berubah dan ia berkata, "Waduuuh, mahal juga ya!", sambil mencari-cari sesuatu di saku celana dan bajunya.
Barangkali ia mencari uang. Ternyata benar. Karena tidak jadi beli, ia kemudian menyodorkan uang 5 ribu kepada gadis kecil itu. Mungkin ia berpikir agar gadis kecil itu tidak kecewa.
Tapi ternyata ia bukanlah gadis kecil yang lemah, bukanlah gadis kecil yang mengharap belas kasihan orang lain, bukanlah gadis kecil seperti yang dipikirkan oleh orang tua tersebut.
Ia adalah gadis kecil yang tangguh, gadis kecil yang mandiri, gadis kecil yang telah ditanamkan pendidikan agama oleh orang tuanya, gadis kecil yang memiliki prinsip dalam menjalani kehidupan.
Dengan lembut ia katakan, "Maaf Om, saya nda mau". Saya pun heran dan orang tua tersebut juga heran. Lalu ia bertanya kepada gadis kecil itu. Mengapa kamu tidak mau menerima uang pemberianku?
Lihatlah bagaimana jawaban gadis kecil itu. Ia katakan, "Aku datang kesini hanya untuk menawarkan jualanku, bukan mengemis atau meminta-minta."
Bukankah itu jawaban yang sangat menarik? Kebanyakan anak ketika dikasih uang, mereka pasti menerimanya. Tapi beda dengan gadis kecil ini. Dalam dirinya telah tertanam prinsip dalam menjalani kehidupan.
Sungguh! Dia bukan lagi gadis kecil, dia adalah seorang ratu kehidupan. Seharusnya kita perlu belajar dari dia. Menjadikan karakternya sebagai renungan dalam diri, sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi diri.
Apakah kita  dengan umur yang sudah puluhan tahun telah tertanam satu prinsip dalam diri yang senantiasa kita pegang teguh? Atau justru kita kalah dengan gadis kecil itu? Tanyakan pada dirimu!
Sungguh hebat gadis kecil itu, semangatnya mengalahkan semangat orang dewasa. Lebih luar biasa lagi adalah kehebatan orang tua dalam mendidiknya. Aku yakin, kelak gadis kecil itu, akan menjadi orang sukses.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H