Mohon tunggu...
Hayya Fathimah
Hayya Fathimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Global: Memanasnya Konflik Israel-Palestina

13 September 2024   01:05 Diperbarui: 13 September 2024   01:06 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi aksi bela palestina (pexels.com/Mohammed Abubakr)

Terdapat banyak sekali permasalahan global yang terjadi saat ini, penyebabnya pun beragam, seperti kemiskinan, krisis iklim, kesehatan global, peranggaran HAM, dan konflik politik hingga melibatkan militer. Salah satu masalah global yang memanas saat ini adalah konflik Israel-Palestina.


Konflik tersebut merupakan lanjutan dari konflik yang sudah terjadi sejak dulu. Pada dasarnya, konflik berkepanjangan tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan Israel menguasai Palestina. Masyarakat Palestina yang mengklaim tanah itu adalah tanah kelahiran mereka pun menentang tindakan tersebut. Di sisi lain, Israel bersikukuh ingin menguasai wilayah Palestina.

Alasan utama kenapa Israel ingin menguasai Palestina yakni, karena orang-orang Yahudi menganggap tanah tersebut adalah tanah leleuhur mereka yang dijanjikan oleh Tuhan. Sehingga bangsa Israel-Yahudi menganggap bahwa negeri tersebut milik mereka dan mereka berhak mengusir rakyat Palestina dengan berbagai macam cara, termasuk memeranginya. Sejak saat itulah ketegangan antara bangsa Yahudi-Israel dan Arab Palestina berlangsung. Masing-masing pihak sama-sama ingin mengklaim wilayah yang dianggap sebagai tanah leluhur mereka. Bahkan sampai sekarang konflik tersebut masih memanas, hingga wilayah Palestina perlahan-lahan menghilang karena dibabat habis oleh Israel. 

Banyak rakyat Palestina sekarang mengungsi di Kota Rafah, karena Rafah merupakan tembok pertahanan terakhir setelah Gaza dihancurkan oleh Israel. Hal tersebut didukung dengan ultimatul dari Israel yakni:"Jika warga Palestina ingin aman maka warga Palestina yang masih terdapat di jalur Gaza untuk merapat ke arah selatan, Kota Rafah".

Sehingga menjadikan Rafah dengan luas wilayah sekitar 60 km sebagai kota yang padat penduduk, yang tadinya 300.000-an penduduk menjadi sekitar 1,5 juta penduduk. Ditambah lagi bantuan-bantuan dari negara lain untuk Palestina diblokade oleh Israel, sehingga hal tersebut menambah masalah baru, seperti tenda-tenda pengungsi yang tidak layak, kelaparan, kemiskinan, masalah sanitasi, dan minimnya fasilitas kesehatan.

Tetapi setelah menyatakan ultimatumnya, Israel tetap memberikan serangan ke Rafah. Beberapa serangan mulai diluncurkan oleh Israel ke arah Rafah, salah satunya serangan bom ke tenda pengungsi yang dilakukan pada Hari Sabtu, 2 Maret 2024. Serangan tersebut menewaskan 11 orang dan 50 orang luka-luka lainnya. Kemuadian tidak lama dari itu Israel kembali meluncurkan serangan ke bangunan pemukiman yang menewaskan 14 orang.

Sebenarnya, sebelum Israel menyatakan ultimatumnya untuk meluncurkan serangan ke Rafah, Israel telah melakukan serangan sebanyak 4 kali ke Rafah, yang menewaskan sekitar 95 orang, dimana hampir setenganya adalah anak-anak. Bahkan pada tanggal 29 Februari 2024, ketika rakyat Gaza mengambil bantuan, tiba-tiba mereka diberondong tembakan, hingga menewaskan 112 orang. Dan saat ini Israel masih melakukan penyerangan ke Kota Rafah.

Faktor pendorong Israel menyerang Palestina khususnya di Rafah:

1. Berbatasan Langsung dengan Mesir

Kota Rafah adalah kota yang berbatasan langsung dengan jalur Gaza dan Mesir. Maka dari itu setiap kali konflik Palestina dengan Israel pecah, Kota Rafah pasti menjadi pusat penyaluran bantuan ke seluruh palestina di jalur Gaza, karena pengiriman bantuan tidak dapat dikirim langsung ke Gaza.

2. Memiliki Terowongan yang Tembus dengan Mesir

Terkadang dalam mengirim bantuan ke jalur Gaza, terjadi adanya blokade oleh Israel. Sehingga untuk mengirim bantuan-bantuan untuk warga Palestina dibuatlah terowonan dari Mesir ke Rafah. Tetapi terowongan-terowongan tersebut sekarang sudah tidak ada dan dihancurkan oleh Mesir, sehingga menyebabkan keadaan warga Palestina bertambah memburuk, seperti kelaparan, kemiskinan, dan lain-lain.

3. Memiliki Batalion Hamas yang Masih Bertahan

Pada pertengahan Februari 2024, Perdana Mentri Israel, Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan: "Rafah akan menjadi target operasi mereka selanjutnya."

Menurutnya, serangan ke Rafah adalah langkah penting untuk memberantas Hamas secara menyeluruh. Karena Kota Rafah selain menjadi pusat pengungsian warga Palestina, Rafah juga menjadi benteng pertahanan terakhirnya Hamas. Sehingga jika Israel ingin memberantas Hamas maka Kota Rafah juga harus dihancurkan.

4. Tempat Menyembunyikan Sandera

Israel menyakini Rafah sebagai lokasi untuk menyembunyikan para sandera yang ditahan Hamas. Bahkan Benny Gantz, anggota kabinet perang Israel, menyatakan: "Rencana penyerangan Rafah bukan cuman ancaman saja dan jika sampai Bulan Ramadan rakyat Israel yang menjadi sandera Hamas belum dipulangkan ke Israel, Israel akan meluncurkan serangan ke arah Rafah".

Kejadian tersebut pun tidak terlepas dari mata global, Dewan Keamanan PBB dan berbagai negara seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Uni Afrika, Prancis, Turki, Mesir, Indonesia, Chili, dan negara lainnya mengecam aksi yang dilakukan oleh Israel tersebut. Bahkan di media sosial banyak yang meramaikan caption "All Eyes on Rafah" sebagai bentuk seruan bagi masyarakat dunia untuk tidak acuh terhadap genosida dan pelanggaran HAM yang terjadi di Rafah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun