Mohon tunggu...
Hayati Rizki Putri
Hayati Rizki Putri Mohon Tunggu... -

Saya menemukan kedamaian dalam kesibukan. twitter: hayputrii

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tipe Ideal

21 Agustus 2013   00:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:03 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suddenly I thinking about this so common but really essential issue.

*ini masalah jadi orang gak fokus, lagi ngelarin tulisan satu lompat ke tulisan lain*

But yeah. Ini semacam eureka yang dihasilkan dari youtubing eatyourkimchi-nya simonandmartina. They just so lovable and cute. Dan memberi perspektif baru pada saya tentang banyak hal. Hal-hal yang tidak saya pelajari dari satu desa berpenduduk 7000 jiwa di kalimantan ini.

Motivasi downloadin video mereka itu karena, their english pronouncation is just soooo help me to get back to english learning way. Seperti kembali menemukan jiwa english debat dulu. Body language-nya hand gesture-nya,  dan eyecontact-nya. Sangat membantu dalam belajar speaking. And they are from canada, so their english just really flawless... *suing suing

But the point I mean here is the relationship between them. They are married couple. But their way to bulid a healthy relationship is very interesting.

Cara mereka ketawa bareng, mendukung ide satu sama lain, menertawakan kekonyolan masing-masing dengan melakukan hal konyol serupa, okeyyy kadang memang ada bagian tertentu yang really-not-my-type-of humor. But, for both of them, they just have fun.

Dan episode yang membicarakan tentang 'pertengkaran terburuk yang pernah mereka alami' itu adalah yang paling *baammmm* kick my rasionality.

I am planner. Dari awal papa sudah bilang kalau anaknya yang satu ini lahir sebagai perencana. Yang sayangnya lebih suka merencanakan daripada menjalankan rencananya. *I wish I could be better than this*

I always think before do something. And I thing a lot about what kind of guy I want to share my live with.

Jujur *please understand me, I am 19, and I start my school to early, and I still very young, and I believe that I stop growing at 18th* bayangan lelaki ideal yang saya inginkan menjadi kapten kapal kehidupan saya adalah pria tinggi, *cmon, its just better if he could be more or as tall as  my big teddy bear Mas G, my closest cousin in this world. He is 183cm*, bergaris wajah tegas, like nicholas saputra, fedi nuril, josh duhamel and so onn so on, memiliki lesung pipi, cerdas luar biasa, berjiwa pemimpin, bertanggung jawab, cool *cuek sama yang ga penting buat di tanggepin* but really concern bout what he really need to being, matang, punya masa depan cerah, pekerja keras, dannnnn masih banyak lagi yang kadang bikin saya pusing sendiri.

But what simon said in that video is just simple and sweet.

Ga persis begini, tapi intinya dia dan martina ga pernah marahan serius karena mereka punya komunikasi yang bagus, dan untuk apa marahan kalau dia punya kontrol yang penuh atas dirinya, dia mengontrol dirinya untuk bahagia dan membahagiakan martina. He love martina, dan dia ingin martina bahagia. Dia mengupayakan agar martina bahagia. Berkelahi dengan martina hanya membuat istrinya sedih. Daripada marah dan kesal belakangan, mereka saling berkata maaf dan menyelesaikan semuanya dengan kasih sayang.

They love each other, and they really want to make each other happy. Hubungan yang dijalin oleh dua orang yang mau berusaha untuk saling membahagiakan dan sepenuhnya sadar. Itu hubungan yang saya inginkan.

Lenyaplah sudah semua kriteria childish drama teens girl yang saya ungkapkan di awal tadi.

Menjadi kapten itu sesimple bertanggung jawab dan bisa memimpin, atau paling tidak bersedia belajar memimpin.

Menjadi suami itu seindah mencintai istrinya.

Jika mencintai maka tidak ada yang lain selain hanya ingin membuat yang dicintai bahagia. Dua orang yang punya pemahaman sama tentang hal tersebut, tentulah akan saling membahagiakan sepanjang hidupnya. Selalu bahagia walaupun jalan hidup tidak semulus landasan pesawat.

Oke, memang saya akan bahagia dan sangat amat sangat bahagia kalau ternyata dia juga cerdas, pintar, dan tinggi. Please, I just adore smart people.

Ah, apalagi masalah ketampanan, itu nomer kesekian, tampan namun tidak mencintaimu? Astaga apa iya mau menghabiskan hidup dengan berusaha membahagiakan orang yang bahkan tidak memikirkan kita.

But yeah, i still young, tanaman ini bukanlah beringin dengan batang tebal dan kuat, ia hanyalah sejumput rumput liar yang tumbuh di kebun belakang rumah.

Banyak hal yang tidak saya pahami dari relationship. Banyak juga yang saya pelajari dari hubungan jarak jauh yang telah berakhir hampir setahun yang lalu. Tapi itu semua belum cukup.

Seiring berjalannya waktu akan lebih banyak orang yang saya temui. Buku yang saya baca. Kejadian yang bisa saya petik.

Seperti dua orang tua yang duduk di pelataran rumah sambil melihat jalanan, tidak melakukan apapun selain menyadari keberadaan. Atau bapak paruh baya yang mengayuh sepeda butut sambil membonceng istri berbaju lusuhnya kepasar. Hal-hal yang mengandung keikhlasan, hal-hal yang lekat dengn cinta, akan banyak saya temui.

Mungkin juga perpisahan dan rasa sedih. Mungkin juga penyesalan dan sulitnya memaafkan.

Semua itu ada. Semua itu nyata.

Tapi seperti kata simon, selama kita masih punya kontrol penuh atas diri kita. Everything that happen is just something that we can enjoy or repair.

Dan lelaki yang tahu banyak hal dan bersedia mengajari saya, tidak lelah berbincang dengan istri yang ingin banyak tahu tentang dunia dan akhirat, seorang pembelajar seumur hidup yang bersedia mengajari saya, dan belajar bersama saya.

Its not as easy like that. Tapi masa sih di antara 7 miliar manusia di dunia ini tidak ada ciptaan Tuhan yang seperti itu? Allah Maha Besar. Hal-hal seperti itu ada di bawah kendali-Nya. Mudah saja bagi-Nya untuk menghadirkannya.

Saya yang belum sempurna mempersiapkan diri untuk diberi. Masih setengah-setengah dalam memperbaiki diri.

Semoga saja, semua keberkahan itu disegerakan dan semakin diberkahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun