Mohon tunggu...
Haykal Assegaf
Haykal Assegaf Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Teknik Perkapalan, Universitas Diponegoro

Hallo, Saya Haykal Assegaf, Mahasiswa Universitas Diponegoro, bagi saya menulis akan membuat pengetahuan apa yang sudah pernah saya dapatkan bisa menjadi lebih banyak yang mengetahui dan semakin banyak manfaat yang bisa diperoleh, karna dengan menulis membuat dirimu menuju keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Transportasi Terintegrasi, Saatnya Terkoneksi

7 Maret 2020   15:00 Diperbarui: 7 Maret 2020   15:51 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tarif Transjakarta pada pukul 05.00 - 07.00 WIB sebesar Rp2.000, sedangkan pada pukul 07.00 - 23.00 WIB sebesar Rp3.500.  Per 6 Januari 2016, tarif Transjakarta/Transjabodetabek untuk seluruh koridor adalah Rp3.500. hal ini sudah tidak pernah Naik dari semenjak tahun 2012, dengan tarif sebesar Rp. 3.500, kita bisa mengelilingi Jakarta dengan menggunakan Trasnjakarta dengan syarat tidak keluar dari Haltenya saja. Bahkan  Transjakarta mencatatkan pelayanan penumpang yang menembus 1 juta orang dalam sehari. Prestasi ini sekaligus mencatatkan sejarah baru dalam segi kenaikan angka pelanggan. hal ini membuktikan Transportasi yang murah bisa membuat masyarakat beralih ke Ttrasnportasi Publik

selain itu dengan JAK Lingko Pemprov DKI Jakarta menggandengan para Angkutan Kota (Angkot) JAK Lingko hanya bertarif Rp. 0  alias gratis dengan syarat menggunakan Kartu JAK Lingko yang bisa dengan mudah kta beli di Halte-Halte Transjakarta saat ini Rute JAK Lingko atau Mikro Trans sudah mencapai 67 Trayek dengan sekema Pengemudi Angkot di Gaji oleh Pemprov DKI Jakarta, Selain itu dengan program JAK Lingko Angkot lebih tertib karna berhenti hanya di tempat yang telah ditentukan. selain itu dengan JAK Lingko kita bisa melakukan Integrasi dengan membayar Rp. 5.000 selama 3 Jam bebas untuk menaiki MikroTrasn, Mini Trans, LRT, dan Trasnjakarta.

Kota Satelit harus belajar dan Berubah

Bersinggungan dengan Selatan Jakarta, hanya beberapa kilometer dengan balaikota, Tangerang Selatan sebagai salah satu kota satelit terlihat belum ada perubahan signifikan dengan Transportasi Perkotaannya seperti Angkot, kondisi Angkutan Kota atau Angkutan Penghubung dalam kota belum ada pengkatan sejak Kota tersebut dimekarkan.

Kondisi Angkot yang suka ngetem, Fasilitas di Angkutan Kota yang tidak nyaman, Tidak adanya sistem keamanan yang menjamin dan Ongkos yang Cukup Mahal, bahkan Trip yang berkisar hanya 4 km dikenakan tarif Rp. 4000.

Sudah seharusnya Kota Tangerang Selatan belajar cara me revitalisasi Angkutan Kota dari tetangga terdekatnya yaitu Jakarta, karna posisi Tangerang selatan sebagai kawasan perumahan yang membuat mobilitas dengan Angkutan Kota seharusnya besar,terutama ketempat fasilitas umum seperti Pasar, Sekolah, Mall dan lainnya.

Mirisnya dengan Kondisi Angkutan Kota saat ini membuat warganya lebih tertarik dengan membawa kendaraan pribadi seperti motor, dan Mobil membuat kondisi Jalan di Tangsel menjadi Macet apalagi kondisi jalan di Tangsel yang tidak besar dan tidak kunjung di lebarkan membuat tingkat kemacetan semakin bertambah setiap harinya.

Maka dari itu sudah saatnya Kota Satelit seperti Tangerang Selatan, belajar memperbaiki Transportasi Publik dan meng-Integrasikannya sehingga para penduduk bisa beralih menggunakan Trasnportasi Umum untuk menjangkau tempat-tempat keramaian, sayang apabila hanya 1-2 Km harus kita gunakan dengan kendaraan Pribadi, Maka Mari Rubah Kota kita bersama dengan membiasakan kita naik trasnportasi umum, dan Pemerintah daerah bergerak untuk merevitalisasi nya

Merevitalisasinya bukan hanya fisiknya saja tetapi juga dengan sistem transit dan konsep Trasnportasi Publik yang mengendepankan Aksesbilitas yang baik, Semoga Kita bisa bersama berkolaborasi untuk mewujudkan Transportasi Terintegrasi yang menghubungkan wilayah sekitar kita

Refrensi :

[1]. Ismiyati,dkk.2014 Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi - Vol. 01 No. 03. Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta

[2]. Aminah,Siti.2018. Transportasi Publik dan Aksesibilitas Masyarakat Perkotaan. Jurnal Teknik Sipil UBL Volume 9, Nomor 1. Universitas Bandar Lampung. Lampung     

[3]. itdp-indonesia.org/tod/transit-oriented-development-tod/                                    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun