Saat waktu shalat tiba, empat menara di Masjid Nabawi mengumandangkan azan dari empat muazin yang berbeda. Mereka memulai dan mengakhiri azan bersama-sama, namun nada dan alunannya berbeda, syahdu sekali.
Ada yang sangat terasa, perubahan tampilan gurun pasir, bukit-bukit batu di sekitaran Kota Mekkah dan Madinah, yang kini ?ijo royo-royo?. Rumput, perdu, tumbuh di mana-mana sampai ke puncak bukit yang sebelumnya gersang dan berbatu.
Konon azan empat suara itu mengakomodasi empat mazhab yang ada, yang bahkan sebelumnya sempat terjadi di Masjidil Haram Mekkah, setiap waktu shalat diselenggarakan empat kali, masing-masing oleh setiap mazhab. Sejak lama hal itu tidak ada lagi, azan dan shalat hanya sekali untuk setiap waktu shalat, bersamaan.
Sumur Zam Zam
Sama juga soal sumur zamzam, yang bisa disaksikan siapa pun yang sedang beribadah di Masjidil Haram, ketika sumur itu masih dalam bentuk asli di bagian bawah di belakang Maqom (tempat berdiri) Ibrahim. Menuruni belasan anak tangga, jemaah bisa melihat satu sumur berdiameter hampir dua meter dengan beberapa pipa masuk ke dalamnya.
Tahun 1975 itu orang hanya bisa minum air zamzam di banyak pancuran kecil dekat sumur, kini air zamzam sudah bisa diambil di drum-drum yang ada di sisi luar pelataran Ka'bah, di sepanjang jalur Sa'i antara Bukit Shawfa dan Marwa dan di luar Mesjidil Haram.
Bahkan air suci itu sudah tersedia pula di Masjid Nabawi di Madinah yang dikirim lewat pipa-pipa besar antara dua kota suci itu.
Air zamzam tersedia setiap waktu. Tidak pernah berhenti mengucur walau jemaah haji membanjir yang jumlahnya sekali berkumpul bisa sampai di atas tiga juta orang. Tetapi di luar musim haji, sumur zamzam juga tidak meluap karena kelebihan pasok.
Tahun 2003 Akses menuju Sumur Zam zam ditutup, untuk memperluas area thawaf.
Baso Mang Udin
Keadaan dekade 1970-an sangat berbeda dengan Arab Saudi setelah 2000. Ketika itu kondisi Saudi masih belum sekaya sekarang, masih belum merasakan gelegar minyak bumi yang dimulai tahun 1976-an.