Puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengandung isi hati, pemikiran, dan opini sang penyair yang dituangkan dalam bentuk bait yang indah. Puisi memiliki ikatan yang erat terhadap masalah korupsi. PMK (Puisi Menolak Korupsi) adalah salah satu gerakan moral yang dilakukan oleh para penyair Indonesia dalam mengampanyekan gerakan antikorupsi kepada masyarakat luas melalui penerbitan buku antologi puisi, lomba musikalisasi puisi, lomba baca puisi, dan lain lain.
A Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus adalah seorang penyair yang memiliki dasar keagamaan yang kuat. Dalam puisinya ia menyuarakan praktik ketidakadilan yang dialami oleh kalangan masyarakat bawah kepada para petinggi. Ia memanglah bukan seorang yang dikenal sebagai aktivis yang memperjuangkan hak asasi manusia. Namun menurut Ketua Yayasan Yap Thiam Hien Award, Todung Mulya Lubis mengatakan bahwa Gus Mus telah banyak berkontribusi untuk menjaga keberagaman di Indonesia.
Sebuah antologi berjudul “Aku Manusia” diterbitkan pada tahun 2016 yang ditulis oleh Gus Mus. Salah satu puisi yang bertajuk “Kepada Anakku” ditulis secara tegas dan berani serta memiliki bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam. Bercerita tentang pesan seorang ayah kepada sang anak agar menjadi manusia yang berdiri sendiri tanpa melanggar batas-batas kemerdekaan lainnya karena merdeka bukan berarti boleh berbuat sesuka hatinya.
Berikut bait kedua dalam puisi “Kepada Anakku” :
Tapi anakku..
Kau bisa belajar dari jamanku
Untuk membangun jamanmu
Kau bisa membuang sampah jamanku
Untuk membersihkan jamanmu
Dan mengambil mutiara-mutiaranya
Untuk memperindahnya
Bait ini berisikan pesan dari sang ayah kepada anaknya, bahwa generasi muda harus tetap melanjutkan perjuangan sesuai dengan zamannya. Dalam membangun jalan yang lebih baik, kita dapat belajar dari para pejuang terdahulu. Bait “Kau bisa membuang sampah jamanku, untuk membersihkan jamanmu” memiliki makna bahwa generasi muda dapat memberantas tindak kejahatan yang biasa terjadi di masyarakat seperti korupsi. Hal tersebut akan membuat zaman para generasi muda menjadi lebih “bersih” dari sebelumnya.
Kita sebagai generasi muda dapat menanamkan nilai-nilai antikorupsi di masyarakat. Kejujuran dan tanggung jawab merupakan hal yang paling penting bagi seseorang dalam menghindari tindak korupsi. Gaya hidup yang kurang baik juga dapat menjadi bumerang kepada diri sendiri.
Bait lain dalam puisi “Kepada Anakku” :
Ingatlah anakku,
Kau tak akan pernah benar-benar merdeka
Sebelum kau mampu melepaskan diri
Dari belenggu perbudakan oleh selain Tuhanmu
Termasuk penjajahan nafsumu sendiri.
Gus Mus percaya bahwa seseorang dapat memperoleh kemerdekaan diri yang hakiki ketika telah dapat mengendalikan diri. Pengendalian diri di sini berupa tindakan atas kemampuan membantai keinginan dan nafsu yang ada dalam diri sendiri. Korupsi dapat timbul dari ketidakmampuan manusia dalam mengendalikan hawa nafsunya. Kedudukan, kesempatan, dan keserakahan merupakan suatu akar penyebab dari korupsi.
Maka dari itu, puisi tersebut memiliki peran yang penting dalam upaya mengurangi tindak korupsi oleh para “oknum nakal” yang bermain di atas panggung sandiwaranya. Selain itu, puisi tersebut memberikan kesadaran agar seseorang dapat mengendalikan hawa nafsunya, termasuk nafsu berkuasa dan menimbun harta atau nafsu duniawi.
Bait selanjutnya dalam puisi “Kepada Anakku” :
Oh anakku..
Sejak jaman nenek moyangmu
Orang merdeka sekalipun
Tak mampu membangun kehidupan
Bila kebenaran dan keadilan tak ditegakkan
Dalam bait tersebut, Gus Mus menekankan bahwa kebenaran dan keadilan harus ditegakkan dalam membangun kehidupan. Seseorang yang merasa dirinya telah merdeka sekalipun, tak akan merasakan nikmat hidup yang baik tanpa adanya kebenaran dan keadilan. Korupsi telah menjadi masalah lama yang tak berujung di lingkungan kita. Korupsi bukan hanya tentang berapa nominal yang diraup, namun juga banyak hal-hal kecil yang termasuk kedalam tindak korupsi.
Seiring berkembangnya zaman, banyak anak muda yang membuat karya untuk mendeklarasikan gerakan antikorupsi. Berbagai macam platform social media juga dapat menjadi wadah dalam menyebarkan hal-hal positif. Maka sebaiknya kita sebagai penerus bangsa dapat menjadi contoh yang baik agar negara kita tak dipandang sebelah mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H