Mohon tunggu...
Hawwin Amrina
Hawwin Amrina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang alumni jurusan Perikanan, yang sekarang bekerja sebagai karyawati swasta. Masih berharap menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengapa Tiba-tiba Saya Terlibat??

19 September 2012   00:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:16 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mbak, maaf ni mau tanya.." Katanya sambil takut-takut.

Tiba-tiba saja anak baru ini menghampiri mejaku.

"Iya, ada apa ya dik?" Tanyaku, siap-siap andai dia menanyakan masalah pekerjaan yang baru dia pegang atau tentang partner kerjanya yang sedikit "aneh".

“Tapi..ini sedikit pribadi Mbak, boleh kan?”

Aku tahu raut mukaku berubah seketika. Karena heran saja, hari pertama bekerja, tapi sudah tanya yang macam-macam.

“Tentang apa ya?”

Aku merasa curiga, sekaligus penasaran. Antara ingin menolak percakapan ini ataumemuaskan rasa penasaran.

“Begini Mbak, walaupun saya baru masuk kerja hari ini, tapi Mbak tahu kan siapa saya ya?”

“Maksudnya?..” Kalau ini ada hubungannya dengan masalah pribadi, aku perlu meminta penjelasannya lebih detail.

“Maksud saya, mengenai Kak Arya.”

Tentu saja aku tahu. 2 bulan lalu Arya mengenalkanku padamu. Kamu adalah pacar dan calonistri Arya, Yah..My past one-sided love.

Tapi tunggu... Tentang ini aku tidak pernah mengungkapkan kepada siapapun, kenapa tiba-tiba dia mau menanyaiku tentang Arya?

“Mbak ada hubungan apa dulu dengan Kak Arya?”

Aku kaget, dia begitu berterus terang.

Can not believe it.. How childish is this..menanyakan pertanyaan seperti ini.

Tiba-tiba saja akumerasa ingin diam seribu bahasa tapi sekaligus ingin meluapkan segenap kata-kata yang bermunculan di kepala. Aku mencoba menata kata-kata dan intonasi, tidak mau terlalu menggurui dan, yah...tidak ingin perasaan ini muncul kembali.

Begini ya Dik..Sebuah keputusan yang menurut saya cukup dewasa, untuk menerima pinangannya, untuk menikah dengannya. Tapi hendaknya semua sikap Adik harus bisa menjadi dewasa pula. Apapun yang pernah terjadi, semua sudah tidak penting lagi. Yang terpenting adalah kalian berdua. Saling percaya dan pengertian. Apa Adik belum cukup yakin sama dia? Atau tidak percaya?

Dia mengangguk tetapi bukan mengiyakan, kemudian berkata “Saya hanya ingin mendengar ini dari Mbak. Saya hanya ingin meyakinkan, hubungan saya dengan Kak Arya akan baik-baik saja.”

Seketika keramahan yang sejak tadi dilakoninya lenyap. Sekarang ekspresinya berubah menjadi seperti para pemeran jahat di sinetron-sinetron. Atau.. hanya saya yang berlebihan.

Atau..Apakah ini semacam “melabrak” dengan cara yang halus?

Ah, entahlah..

Jadi, memanfaatkan emosinya saya pikir lebih baik saya memuaskan keingintahuan saya tentang ini.

Meyakinkan cinta pasangan bukan dengan melibatkan orang lain seperti ini Dik. Tapi, sudahlah..itu urusan kalian. Saya tidak tahu bagaimana bisa kamu punya pikiran seperti ini.

Saya tahu dari Kak Arya. Yah, tidak secara langsung, Tapi mungkin ada campur tangan Tuhan disitu, tiba-tiba saja suatu hari saya menemukan tulisan ungkapan hati Kak Arya sama Mbak. Tapi, mendengar ucapan Mbak hari ini, saya cukup puas. Dan berharap hal ini tidak akan mengganggu hubungan kita ke depannya. Karena sekarang kita dalam satu lingkungan kerja.

Rentetan penjelasannya tidak begitu jelas kudengar sebenarnya. Setelah mengatakan itu semua dia meninggalkan mejaku, meninggalkan aku yang masih terperangah.

Jadi selama ini, Arya tahu aku suka kepadanya?

Terlebih lagi, aku tidak hanya cinta sendiri?

Tapi mengapa tidak berakhir bahagia?

Tunggu dulu, mengapa setelah selama ini, saya tiba-tiba terlibat?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun