Mohon tunggu...
Warda Hawla
Warda Hawla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Warda Hawla N. 22107030100 UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA #JURKOMUINJOGJA23

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyajikan Ajaran Agama dalam Media: Mengutamakan Preferensi Khalayak atau Integritas Konten?

13 Juni 2023   15:06 Diperbarui: 13 Juni 2023   15:17 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Pada hari Senin, 12 Juni 2023. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga mengadakan Bedah Buku dengan mengusung tema "Religiusitas Dari Layar Kaca (Potret Program Siaran Religi di Televisi Indonesia)", yang bertempat di Conference Room Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora.

Bedah Buku ini turut mengundang beberapa Pemimpin KPI Pusat, Dosen Universitas Ahmad Dahlan, dan beberapa Dosen UIN Sunan Kalijaga.

Dalam sesi sambutan, Ubaidillah yang merupakan Ketua KPI Pusat menyampaikan bahwa program keagamaan mempunyai rating tersendiri di dalam televisi, layar kaca, dan radio. Kemudian Dr. Mochammad Sodik, M.Si. yang merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga juga mengatakan bahwa religiusitas itu tidak mudah, sehingga perlu diadakan pengembangan tentang religiusitas dan ketika dinamika baru terjadi, banyak alat ukur terhadap religiusitas.

Penyampaian sinopsis oleh Alip Kunandar, M.Si. sebagai perwakilan dari penulis buku, beliau mengatakan bahwa dari survey survey yang telah dilakukan oleh KPI, religius merupakan nilai terbaik. Mengapa religiusitas dari layar kaca? Karena ada kecenderungan dari media massa untuk program religiusitas tersebut menjadi terkenal.

Program religi di media penyiaran yang pertama adalah radio. Dengan seiring perkembangan teknologi, program program religi mulai masuk ke media penyiaran lainnya, seperti televisi dan internet.

Televisi yang paling pertama adalah TVRI muncul pada tahun 1962, dan program religi mulai muncul pada tahun 70 an. Saat ini hampir semua stasiun televisi, terutama yang bersiaran nasional memiliki program siaran religi.

Program religi mulanya hanya dipandang sebagai tuntutan moral. Dan kemudian saat ini program religi dipandang sebagai segmen yang memiliki pasar. Secara positif, program religi mulai dikerjakan secara serius mulai dari pemilihan waktu tayang hingga format programnya. Mulai dari format ceramah, dialog interaktif, magazine, hingga variety show.

Riset yang dilakukan dengan standar KPI, indeksnya selalu naik, seperti pada saat bulan ramadhan, karena pada saat bulan ramadhan banyak stasiun televisi yang menyiarkan program religi, sehingga waktu tayangnya menjadi tinggi bagi program religi tersebut.

Ketika dilakukan riset tentang keefektifan program religi, apakah tidak ada masalah ketika indeks programnya yang paling baik, padahal justru ada masalah dengan sisi komodifikasi yaitu dari sisi komodifikasi agama, komodifikasi tokoh agama, dan komodifikasi khalayak.

  1. Komodifikasi Agama: ajaran agama ditetapkan sebagai konten, maka yang harus dipilih adalah mana yang disukai khalayak dan cenderung dangkal isu.

  2. Komodifikasi Tokoh Agama: tokoh agama adalah bintang, bukan yang paling paham, tetapi memiliki pemahaman agama yang kuat. Rumus yang berlaku, seperti cantik, tampan, menarik, lucu, atraktif juga menjadi syarat. Labeling yang dibuat oleh para religi seperti ustadz ustadzah disamakan dengan selebriti. 

  3. Komodifikasi Khalayak: khalayak adalah pasar, lalu pasar programnya adalah produk yang dijual.

Isu - isu:

  1. Keberimbangan program program seperti mayoritas - minoritas

  2. Isu isu kesetaraan gender

  3. Sertifikasi pengisi acara, agar tidak terjadi eksploitasi dalam konteks agama dan tetap menjaga integritas dan kualitas program yang disampaikan.

    Sumber: Dokumen Pribadi
    Sumber: Dokumen Pribadi

Menurut Amin Shabana, penulisan isi dari buku ini bukan hanya terkait dengan temuan data indeks kualitas isi siaran yang menyangkut kategori religi, tetapi penulis juga mengembangkan isi buku ini ke berbagai dimensi yang menarik untuk dibaca dan dikaji, yang pertama dari segi historisnya. Dari segi outline buku, kita bisa melihat bagaimana historis terkait dengan media penyiaran, televisi, pentingnya program religi, dan pengembangannya. Ada juga beberapa teori yang dianalisis berdasarkan temuan temuan dari program religi yang diteliti pada saat indeks kualitas dilakukan. 

Amin Shabana juga mengatakan jika ada cetakan kedua, mungkin ada beberapa pengembangan yang bisa ditambahkan untuk menjadi rujukan. Pertama adalah pelibatan penulis yang bisa mengcover dari non muslim, agar ketika kajian yang ditulis juga bisa mewakili kelompok non muslim, untuk kelompok muslim pun, program program religi banyak diminati ketika sifatnya momentum. Di teori massa ini juga ada beberapa teori kritis

  1. Agenda Setting, bagaimana media memiliki peran dalam membuat agenda setting

  2. Uses and Gratification, bagaimana masyarakat bisa memilih

  3. Teori Kultivasi, media memiliki pengaruh religi tetapi juga pengaruh sosial budaya

  4. Teori Post Truth

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun