Mohon tunggu...
Hawalluddian Haboetarian
Hawalluddian Haboetarian Mohon Tunggu... Penerjemah - Pengamat Timur Tengah dan Dunia Islam

Hidup indah, damai dan tenteram

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ilmu dan Ilmuwan di Zaman Khulafa Abbasiah (3)

23 November 2020   09:47 Diperbarui: 23 November 2020   10:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlindungan khulafa Abbasiah kepada ilmu pengetahuan sampai puncaknya pada era Khalifah Al Ma'mun (wafat tahun 832 Masehi).

Para sejarawan sepakat bahwa tidak ada seorang khalifah dari Bani Abbasiah yang lebih berilmu daripada Al Ma'mun. Dia adalah (seorang yang paling mulia di antara para khalifah, ilmuwan, dan pebijak). Bahkan sebagian dari sejarawan menganggapnya sebagai (seorang ilmuwan besar), karena dia (menguasai fikih, bahasa Arab, sejarah, dan filsafat).

Sebagaimana diketahui bahwa tatkala Al Ma'mun memangku kekhalifahan dan menetap di Baghdad, dia membentuk sebuah dewan yang terdiri dari ilmuwan untuk berdiskusi dan berdialog. Dewan ini mengadakan pertemuan tiap hari Selasa di bawah perlindungan sang kahlifah dan dengan partisipasinya. Dewan ini beranggotakan para ilmuwan dan sasterawan dari berbagai kota. Mereka berdiskusi tentang persoalan-persoalan intelektual dan ilmu. 

Mereka melontarkan pendapat-pendapat mereka dengan kebebasan mutlak tanpa rasa takut dan cemas. Bahkan para ilmuwan dari dunia Islam saling bersaing untuk membangun reputasi ilmiah dan memperoleh kemuliaan hadir dalam dewan itu.

Pada era Al Ma'mun-lah Baitulhikmah berkembang pesat. Walau benih Baitulhikmah berasal dari Khazanatulhikmah yang didirikan oleh bapaknya namun pada eranya Baitulhikmah menjadi sebuah kompleks ilmu dan budaya, yang meliputi ruang-ruang khusus untuk terjemahan, naskah, penelitian, pembacaan, perdebatan, dan sebuah perpustakaan yang terbuka untuk umum.
Baitulhikmah mengoleksi kekayaan budaya Islam dan budaya asing terutama Yunani, Persia, India, dan Serenia.

Melalui surat-menyurat dengan para patrik Romawi, Al Ma'mun mampu memperoleh banyak dari naskah-naskah warisan Yunani. Dia mengutus banyak delegasi dari kaum ilmuwan ke Asia Kecil, Ciprus, dan negeri-negeri Romawi yang lain. Di antara yang diutus adalah Al Hujaj putera Mathar, Johanes Patrick, Johanes Masweh, dan yang lainnya. Mereka memilih naskah-naskah warisan Yunani itu dan membawanya ke Baitulhikmah di Baghdad setelah orang-orang Romawi menerima imbalan yang besar. Naskah-naskah itu berkaitan dengan kedokteran, falak, teknik, dan bidang-bidang ilmu yang lain.

Al Ma'mun mengangkat para penerjemah yang cakap untuk menerjemahkan naskah-naskah itu ke dalam bahasa Arab. Di antara mereka adalah Hunain bin Ishak, puteranya Ishak, Johanes bin Patrick, Al Hujaj bin Mathar, dan yang lainnya.

Sang khalifah mengeluarkan biaya amat banyak dalam penerjemahan naskah-naskah itu. Di samping gaji bulanan yang diterima oleh penerjemah dari Baitulhikmah mereka juga menerima dana lain seperti Hunain bin Ishak yang menerima hadiah emas dari Al Ma'mun seberat buku yang diterjemahkannya. 

Baitulhikmah dan terjemahannya telah banyak memainkan peran penting dalam sejarah budaya Arab Islam.

Al Ma'mun menaruh perhatian kepada para ilmuwan dan memasukkan mereka dalam perlindungannya. Al Ma'mun berusaha keras untuk meyakinkan Al Ashma'i agar mau pindah dari Bashra ke Baghdad tetapi Al Ashma'i tidak dapat memenuhi permintaan sang khalifah karena umurnya yang semakin tua dan kesehatannya kian lemah. Oleh karena itu sang khalifah membawa persoalan-persoalan ilmiah kepada Al Ashma'i di Bashra.

Berbagai narasumber menyebutkan bahwa Al Ma'mun mengalokasikan satu ruang di istananya untuk Abu Zakaria Al Faraa' agar dia mendedikasikan diri untuk menyusun sebuah buku tentang ilmu Nahwu Arab dan menugaskan para pelayannya untuk melakukan apa yang dibutuhkan olehnya.

Al Ma'mun mengirim banyak penulis untuk membantu Al Faraa' dalam penulisan bukunya sehingga bukunya Al Hudud dapat diselesaikan dalam waktu dua tahun.

Demikian pula Al Ma'mun melunasi hutang-hutang beberapa ilmuwan. Para sejarawan menceritakan bahwa kesulitan keuangan telah dialami oleh ilmuwan dan sejarawan kesohor yaitu Al Waqidi dan oleh karenanya dia terpaksa berhutang. Tatkala Al Ma'mun tahu tentang itu maka dia mengirim uang senilai dua kali lipat yang dibutuhkan oleh Al Waqidi.

Perlindungan khalifah Al Ma'mun kepada ilmu pengetahuan dan ilmuwan tidak hanya sebatas mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, memperoleh naskah-naskah dalam bahasa Yunani, menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, dan menghormati para ilmuwan saja, tetapi juga mendorong para ilmuwan untuk berusaha mengalihkan pemikiran-pemikiran ilmiah itu ke alam nyata yaitu pengalihan ilmu ke tehnologi.

Sang khalifah meminta dari mereka misalnya untuk membuat alat peneropong sebagaimana digambarkan oleh seorang ahli geografi Yunani Batlimus dalam bukunya The Majesty. Mereka berhasil menciptakan alat itu dan mendirikan alat-alat peneropong di beberapa kota Arab seperti Baghdad dan Damaskus. Mereka juga melakukan pengukuran luas bumi.

Demikian pula Al Ma'mun menyerukan rakyatnya untuk peduli dengan warisan Yunani dan mempelajarinya. Banyak dari para ilmuwan dan sasterawan yang merespon seruannya. Lebih dari itu banyak dari ilmuwan-ilmuwan besar yang tumbuh berkembang dari dalam Baitulhikmah seperti putera-putera Musa bin Syakir, Al Khawarizmi, Sahal bin Hrun, Hunain bin Ishak dan puteranya, Thabit bin Qarrah, dan yang lain.

Kesimpulannya bahwa kerja keras Al Ma'mun dalam perlindungan ilmu dan ilmuwan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan budaya Arab Islam.

Sejatinya era khulafa Abbasiah adalah era pengecualian dalam peradaban Arab Islam dan benarlah kata mutiara: "Jika seorang raja adalah seorang ilmuwan maka sejatinya seorang ilmuwan adalah seorang raja".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun