Mohon tunggu...
Hawalluddian Haboetarian
Hawalluddian Haboetarian Mohon Tunggu... Penerjemah - Pengamat Timur Tengah dan Dunia Islam

Hidup indah, damai dan tenteram

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saudi - Israel, Hubungan yang Semakin Mesra

13 November 2019   19:25 Diperbarui: 13 November 2019   19:27 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampaknya roda normalisasi hubungan diplomasi Saudi-Israel sedang berputar lebih cepat dari sebelumnya. Al Khalij Al Jadid memperkirakan bahwa Riyadh dan Tel Aviv akan mendeklarasikan hubungan diplomatik dalam waktu dekat.

Catatan sejarah menyebutkan adanya kontak secara diam-diam antara Saudi dan Israel.

Setelah pendiri Kerajaan Arab Saudi Abdul Aziz al-Saud menguasai seluruh semenanjung Arab, komandan militer Inggris Jenderal Sir John Bagot Glubb Pasha mencegahnya agar tidak merambah ke Yordania dan Palestina, yang ketika itu sedang berkecamuk perang sengit antara organisasi paramiliter Yahudi Haganah dan penduduk Palestina. Demikian pula Raja Abdul Aziz al-Saud memilih untuk mengabaikan tuntutannya terhadap seluruh pulau di Teluk Aqaba untuk menghindari konfrontasi dengan Israel.

Namun kudeta militer di Mesir terhadap Raja Farouk pada tahun 1952 menciptakan musuh bersama baru bagi Saudi-Israel, yaitu Gamal Abdel Nasser, yang bermimpi untuk mengakhiri sistem kerajaan di Arab Saudi.

Pada waktu itu, Kerajaan Arab Saudi menggunakan jasa tentara Israel. Skuadron Udara Israel ke-120, yang dipimpin oleh pilot Arieh Oz, melakukan lebih dari 14 penerbangan melalui wilayah Saudi dan berkoordinasi dengan otoritas Saudi yang diwakili oleh saudara ipar Raja Faisal al-Saud, kepala intelijen Saudi Kamal Adham.  

Koordinasi antara kedua negara, yang tidak memiliki hubungan diplomatik, muncul kembali setelah kemenangan revolusi Islam di Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini yang dipandang sebagai ancaman terhadap keamanan Negara-negara Teluk Arab.

Hubungan bisnis "tersembunyi" antara pengusaha Saudi yang dekat dengan keluarga kerajaan dan Israel kian meningkat. Arab Saudi menutup mata terhadap beberapa produk Israel yang masuk ke Saudi dengan alasan kebutuhan ekonominya.

Pasca peristiwa pemboman 11 September 2001, Saudi meningkatkan koordinasi dengan Israel. Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat Pangeran Bandar bin Sultan mengambil alih tugas koordinasi sistem keamanan Saudi dengan Israel dan Amerika Serikat untuk menghadapi al-Qaeda dan kelompok-kelompok yang didukung Iran di wilayah timur Saudi yang kaya minyak.

Harian Israel Haaretz menyebutkan bahwa koordinasi Saudi-Israel mencapai puncaknya antara Pangeran Bandar bin Sultan dan kepala Mossad Meir Dagan dalam berurusan dengan masalah Iran. Namun koordinasi tersebut mengalami guncangan tatkala Barack Obama menang dalam pemilihan umum kepresidenan, di samping munculnya revolusi Arab Spring dan diberhentikannya Meir Dagan dari posisinya di Mossad.

Setelah selesainya putaran pertama revolusi Arab Spring dan bangkitnya "kontra-revolusi" di Mesir, yang berakhir dengan kudeta militer terhadap rezim Presiden Mohamed Mursi, koordinasi Saudi-Israel beririsan kembali untuk membuat baik citra kudeta tersebut di tengah para pembuat keputusan di AS dan Inggris.

Dengan ditandatanganinya perjanjian nuklir Iran pada 2015, dan naiknya Pangeran Muhammad bin Salman ke posisi Putra Mahkota Saudi, menciptakan iklim untuk mempercepat hubungan Saudi-Israel dengan dalih menghadapi musuh bersama yaitu Iran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun