Mohon tunggu...
Hawa ino
Hawa ino Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswi

suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Arthur Schopenhauer dan Pemikirannya

7 Januari 2024   09:05 Diperbarui: 7 Januari 2024   09:08 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lahir pada tanggal 22 Februari tahun 1788 dan Wafat pada tanggal 21 Sepetember 1860, Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf yang berasal dari Jerman. Ia terkenal karena karyanya yang berjudul  The World as Will and Representation. Ia adalah salah satu pemikir filsafat Barat pertama yang mempelajari dan mendokumentasikan prinsip-prinsip penting filsafat Timur, seperti asketisme, penyangkalan diri, dan persepsi dunia sebagai bayangan realitas. Karya-karya mereka digambarkan sebagai perwujudan filosofi pesimisme.

Gagasan utama Arthur Schopenhauer tentang "dunia sebagai representasi"; dapat ditemukan dalam karyanya yang paling terkenal "Dunia sebagai kehendak dan representasi" (Die Welt als Wille und Vorstellungandquot). Dalam karyanya ini, Schopenhauer mengembangkan pandangannya tentang sifat dasar realitas dan mengajukan dua konsep sentral: "kehendak"; (perjanjian) dan presentasi

1. Dunia sebagai representasi: Schopenhauer memahami dunia sebagai "representasi" atau suatu gambar yang dimaknai sebagai hasil aktivitas kognitif manusia. Representasi ini mencakup segala bentuk pengalaman yang berasal dari indra manusia maupun dari pikiran. Oleh karena itu, dunia yang kita lihat dan alami adalah dunia yang kita rasakan.

Schopenhauer melihat filsafatnya sebagai kelanjutan dari filsafat Kant. Ia menggunakan hasil kajian epistemologi Kantian sebagai titik tolak filsafatnya (idealisme transendental). Kant sebelumnya berpendapat bahwa semua pengalaman yang mungkin dapat dicapai manusia hanya melalui indera dan kemampuan mental manusia. Oleh karena itu, apa yang dapat dialami seseorang tidak hanya bergantung pada sifat dari segala sesuatu di luarnya, tetapi juga pada sifat cita dan pemikiran orang tersebut. Karena menurut Kant, pikiran manusia terbatas pada dunia logis dan material yang dirasakan melalui panca indera, maka pikiran manusia hanya dapat menafsirkan dan memahami peristiwa berdasarkan aspek empirisnya. Dia menulis bahwa orang hanya dapat menyimpulkan sebanyak yang dimungkinkan oleh pikiran mereka, tetapi tidak dapat mengalami sendiri hal yang sebenarnya.

Kant berpendapat bahwa kita memandang realitas sebagai sesuatu yang spasial dan temporal, bukan karena realitas bersifat spasial dan temporal, tetapi karena itulah cara pikiran kita bekerja ketika mempersepsikan suatu objek. Oleh karena itu, memahami objek dalam ruang waktu dan komputer kita pada pengalaman itu. Schopenhauer dan Pembedaan Kant antara fenomena dan objek atau realitas itu sendiri (noumenon) didasarkan pada bukti bahwa antara segala sesuatu dan kita selalu ada pikiran yang mempersepsi. Dengan kata lain, pencapaian utama Kant adalah menunjukkan bahwa alih-alih pikiran menjadi pemandangan kosong di mana realitas sekadar menunjukkan sifatnya, pikiran secara aktif berpartisipasi dalam konstruksi realitas dengan bantuan panca indera. Itulah sebabnya Schopenhauer menganggap Kant telah menunjukkan bahwa dunia pengalaman sehari-hari, pada kenyataannya, seluruh dunia material dalam kaitannya dengan ruang dan waktu, adalah wahyu sekaligus fenomena secara eksklusif, yang sama sekali berbeda dari kenyataan, kenyataan terhadap dunia. 

Schopenhauer berpendapat bahwa noumena adalah keinginan untuk hidup pada semua makhluk hidup. Ia tidak percaya bahwa penampilan kami disebabkan oleh kemauan. Pendiriannya adalah bahwa kemauan dan representasi adalah realitas yang satu dan sama, tetapi dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Menurut Schopenhauer, hubungan antara benda itu sendiri dan perasaan lebih seperti hubungan antara dua sisi mata uang, tidak ada yang menyebabkan yang lain dan keduanya merupakan dua sisi mata uang yang sama.

2. Kehendak: Menurut Schopenhauer, kemauan adalah kekuatan dasar dari semua fenomena. Ini adalah kekuatan tanpa arah dan buta yang mengendalikan segala sesuatu dalam hidup. Keinginan ini tidak terbatas pada manusia tetapi menguasai seluruh bentuk kehidupan.

3. Penderitaan dan pesimisme: Schopenhauer mengasosiasikan kehidupan dengan penderitaan, dan menurutnya penyebab utama penderitaan adalah keinginan untuk hidup. Ia berpendapat bahwa kebahagiaan relatif atau kebebasan sesaat dari penderitaan hanya dapat dicapai dengan melepaskan keinginan dan menjalani hidup sederhana.

4. Solusi dan Pembebasan: Schopenhauer menyatakan bahwa pembebasan dari siklus penderitaan hanya dapat dicapai dengan melepaskan keinginan. Ini melibatkan pengendalian nafsu, keinginan dan ego dan menjalani kehidupan sederhana. Beberapa ajarannya selaras dengan ajaran kebijaksanaan Timur seperti agama Buddha.

5. Dampak Terhadap Filsafat dan Sastra: Pemikiran Schopenhauer sangat mempengaruhi perkembangan filsafat abad ke-19 dan mempengaruhi banyak filsuf, termasuk Friedrich Nietzsche. Pemikirannya juga mempengaruhi seni dan sastra, terutama melalui beberapa seniman dan penulis kontemporer seperti Richard Wagner dan Leo Tolstoy. 

Pemikiran Schopenhauer tentang dunia sebagai representasi menjadi dasar pandangan pesimisnya terhadap kehidupan dan dasar konsep mendalam tentang kehendak yang mempengaruhi berbagai bidang filsafat dan seni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun