Mohon tunggu...
Hawa Anbilda
Hawa Anbilda Mohon Tunggu... Lainnya - Public Health Enthusiast

cp : @anbildahawa | anbildah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Covid-19 Kluster Keluarga, Kenali Faktor Risiko dan Pencegahannya

25 Oktober 2020   13:03 Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://pixabay.com/images

Tim dokter RS Jinyintan Wuhan, RS Ruijin Shanghai dan peneliti dari Universitas Jiao Tong Shanghai, juga menyatakan bahwa berkurangnya risiko infeksi COVID-19 pada perempuan berhubungan dengan adanya kromosom X (XX) dan hormon seks yang berperan dalam kekebalan bawaan dan adaptif.

Perokok 14 Kali Lebih Berisiko Terinfeksi COVID-19

sumber gambar : https://pixabay.com/photos
sumber gambar : https://pixabay.com/photos

The Union menyebutkan penelitian dari Cina menunjukkan bahwa perokok 14 kali lebih tinggi berisiko terinfeksi SARS-CoV-2 dan berdampak lebih buruk dibandingkan mereka yang bukan perokok. Di samping itu, Riskesdas tahun 2015-2018 juga menunjukkan jika tedapat anggota keluarga yang merokok didalam rumah maka anggota keluarga lainnya menjadi perokok pasif, dan hal ini akan mempermudah penularan COVID-19 pada lingkup keluarga.

Pakar Promosi Kesehatan UGM, Prof. Yayi Suryo Prabandari, menyebutkan bahwa paru-paru seorang perokok sudah bermasalah akibat zat kimia yang terisap ketika merokok. Aktivitas merokok dalam jangka waktu lama, mengakibatkan penurunan fungsi saluran napas perokok. Hal ini dapat memperburuk kondisi tubuh apabila perokok juga terinfeksi COVID-19. 

Aktivitas merokok melibatkan terjadinya kontak jari tangan dan bibir, sehingga memudahkan virus untuk berpindah dari tangan ke mulut. Merokok juga menyebabkan produksi lendir berlebih dan menurunkan proses pembersihan lendir pada saluran napas. Kondisi ini dapat memicu timbulnya peradangan pada saluran napas sehingga perokok lebih rentan terhadap infeksi virus.

Studi literatur yang dilakukan oleh Kashyap dkk. menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan reseptor Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2) yang digunakan oleh SARS-CoV-2 untuk memasuki sel inang dan mengaktifkan cytokine storm yang dapat memperparah kondisi penderita COVID-19. 

Reseptor ACE-2 merupakan homolog dari Angiotensin Converting Enzyme (ACE) yang bekerja menyeimbangkan fungsi ACE. Perbandingan jumlah ACE dan ACE-2 dalam jaringan berperan untuk mengaktivasi sistem Renin Angiotensin Aldosterone (RAAS) yang mengatur jalur keseimbangan antara pro-inflammatory dan pro-fibrotic, serta anti-inflammatory dan anti-fibrotic pada proses peradangan dan kerusakan jaringan. Penelitian yang dilakukan Bourgonje dkk. menunjukkan terjadi peningkatan ekspresi ACE-2 pada jaringan endotel kapiler interstisial dan glomerulus pada kerusakan ginjal, sehingga disimpulkan bahwa ACE-2 dianggap sebagai penanda kerusakan jaringan.

Tenaga Kesehatan Dan Pekerja Kantor Berisiko Tinggi  Terpapar COVID-19

sumber gambar : https://pixabay.com/photos
sumber gambar : https://pixabay.com/photos

Petugas kesehatan yang merawat pasien positif COVID-19 berisiko lebih tinggi terinfeksi SARS-CoV-2. Hal ini dapat terjadi karena petugas kesehatan melakukan kontak langsung dengan penderita. Beberapa ahli juga menyebutkan penularan SARS-CoV-2 pada tenaga medis terjadi karena ketidakterbukaan pasien terhadap riwayat penyakitnya.

Dilansir dari situs VOI, Ketua IDI Kota Bekasi, Komaruddin Askar, mengatakan saat diperiksa pasien tidak mengatakan jika dirinya telah kontak langsung dengan penderita COVID-19, dan setelah digali informasi lebih dalam mereka baru mengakui, namun virus sudah terlanjur menginfeksi orang yang kontak langsung dengannya yaitu tenaga medis, keluarga dan kerabat dekat penderita. 

Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Syahrizal Syarif, juga menyebut pola penularan SARS-CoV-2 pada tenaga medis dikarenakan kesalahan pasien yang tidak jujur mengenai riwayat penyakit dan kesehariannya, juga kesalahan tenaga medis yang tidak menggunakan APD lengkap saat memeriksa pasien di masa pandemi COVID-19 sekarang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun