"Duduklah!"
ucapku padanya sambil tersenyum manis. setidaknya aku harus meyakinkan beberapa orang petugas penjara bahwa aku orang yang ramah hati, baik, dan tidak akan melakukan apa-apa pada perempuan ini.
"Terima kasih!", katanya nyaris tanpa ekspresi
"aku cuma ingin tanya apa kabarmu?" senyumku masih manis, lebih manis dari butiran buah strawberry yang kumakan di mobil tadi.
"baik!", katanya lagi dan ini sungguh tanpa ekspresi apapun.
"syukurlah!"
kukeluarkan beberapa bungkus rokok dari dalam tasku, kusodorkan beserta korek api gas, aku tahu pasti disini dia suntuk sekali, setidaknya rokok bisa sedikit memberi ketenangan...entahlah.
"rokok?"
"Makasih"
"ini aku bawakan sedikit keperluanmu untuk beberapa waktu disini, diterima ya"
kusodorkan dua kantung plastik berisik semua barang keperluan yang dia butuhkan selama dia dipenjara. aku perempuan sama seperti dia, kebutuhanku dan dia tak jauh beda. tiba-tiba
"Langsung saja, apa maumu?"
"tidak ada apa-apa, sekedar mengunjungimu, anggap saja aku sedang mengunjungi seorang sahabat karena kasus pembunuhan"
"aku tidak membunuh suamimu, bukan aku!"
"sssstttt..........aku tahu itu, tapi fakta tidak bisa dibohongi, suamiku mati dalam pelukanmu di kamar hotel itu!"
Dia diam, lama, maka inisiatifku adalah menyalahkan sebatang rokok dan memberikan padanya untuk dia hisap. dia lakukan juga akhirnya, pelan-pelan sekali hisapan rokoknya berubah jadi kepulan-kepulan asap mengalir pelan dari hidung dan mulutnya.
"Kalaupun katamu itu bohong, setidaknya ceritakan padaku bagaimana kemudian suamiku mati justru dipelukanmu, bukan ketika ia sedang bersamaku"
"itu kencan terakhir kami"
"iya aku tahu itu"
"anggap aku temanmu sekarang, suamiku sudah mati, dia sudah tenang disana, beberapa waktu memang aku bersedih, tak tahu harus berbuat apa, aku harus membayar malu atas semua ini, suamiku mati ditangan perempuan seperti kamu, tapi sudahlah, jangan diungkit-ungkit lagi, aku tak suka"
"aku tidak membunuh suamimu.!!!!"
pelan tapi pasti dan penuh penekanan dia bilang itu padaku, sambil terus dia hisap dalam-dalam rokoknya.
"aku tahu itu!"
"dia mati setelah minum wine yang kubeli di minimarket"
"aku tahu itu, apa kalian bercinta sebelumnya?"
"tidak"
"good"
"malam itu kencan terakhirku bersama suamimu, sesudah itu aku tak akan menemuinya atau bersamanya untuk apapun juga, aku cuma butuh uang suamimu, tidak lebih!"
"kepala polisi mengatkan kalau dia keracunan wine, dan kamu adalah pelaku serta saksi tunggal, tidak ditemukan sidik jari siapapun, atau bukti apapun setidaknya bisa meringankan hukumanmu"
dia diam, rokoknya habis, lalu dia ambil dan hisap lagi, lebih dalam. dia lebih tenang sekarang, syukurlah.
"Kau tahu apa bedanya istri dan selingkuhan?"
dia diam, kali ini dia cuma menjatuhkan abu rokoknya kedalam asbak.
"Kalau istri dia punya lebih banyak waktu untuk suaminya, kapan saja dimana saja, suaminya melakukan apa saja, sedikit banyak istri pasti tahu. tapi kalau selingkuhan itu cuma dipakai untuk bersenang-senang, sekedar menikmati kesenangan sesaat"
"hal terkecilpun, misalnya sebelum menemuimu dengan alasan ada pertemuan dengan klien di sebuah hotel, dia tetap menghabiskan menu makan malamya bersamaku"
Dia terhenyak, matanya sedikit melotot kepadaku. kali ini dia tau makna senyumanku, aku akui aku kalah, aku tak bisa menutupi senyum kemenanganku.
"sebagai istri, yang merasa waktu itu untukku, tapi dia habiskan denganmu, apa menurutmu aku rela?"
kali ini senyum kemenanganku, semakin kuat dan berkarakter, lama dia menatapku sampai akhirnya dia buang pandangannya jauh keluar lapangan olahraga yang ada di dalam lapas.
"aku mencintai suamiku, susah payah kubangun mahligai cinta bersamanya, aku tidak ingin suamiku dimiliki orang lain, apalagi perempuan seperti kamu!"
"aku tak ingin memiliki suamimu, aku cuma ingin uangnya, tapi aku juga tak mau jadi pembunuh!"
"karena itulah"
"karena apa!"
"karena itulah kuberikan sedikit racun pada sup kesukaannya, cukup untuk bertahan setidaknya sampai kalian dikamar hotel dan menghabiskan sebotol wine, dan kau tahu wine yang kau beli itu tidak beracun, seorang pria yang menabrakmu di pintu minimarket itulah yang menukar wine itu"
"Kau.........!!!" matanya melotot padaku
"tak perlu begitu, aku sangat menyayangi suamiku, jadi daripada aku harus menangis dan bersedih ketika melihatnya bersamamu, alangkah baiknya kalau dia tak dimiliki siapapun termasuk aku, walaupun kau tahu rasanya sakit, sakit sekali"
rokoknya habis, kali ini dia cuma meremas-remas tangannya sampai kedengaran tulang tulang jarinya gemeretak karena remasan itu.
"tapi aku juga tak ingin suamiku sendirian dan kesepian dialam sana, karena itu sebentar lagi kukirim seseorang untuk menemaninya disana, dan aku rasa dua batang rokok yang kau hisap sudah cukup, sepulang ini aku cuma harus pergi ke makam suamiku dan bilang padanya bahwa sebentar lagi teman kencannya waktu di hotel akan datang, menemaninya sampai akhir nanti, oh ya nanti kalau sudah disana, jaga baik-baik suamiku"
kali ini dia diam, matanya sedikit berair, dia menatap bungkus rokok yang kuberikan padanya. ku ambil bungkus rokok itu dari hadapannya.
"dua batang cukup, racunnya sudah bekerja, nanti pelan-pelan kau akan sesak napas, lalu dibawa kerumah sakit, disana nanti kita selesaikan semuanya, disini terlalu riskan"
kau.....!!!!. dia berseru menahan sesak dan serak ditenggorokkan, seperti ingin mengatakan sesuatu.
"aku pulang dulu, waktu kunjunganku sudah habis, jaga diri baik-baik, tak perlu melakukan atau berkata apapun, tak ada yang percaya padamu"
***
tak berapa lama kemudian, dua orang petugas lapas membawanya kembali keluar dari ruang kunjungan, kuberikan beberapa bungkus rokok dan sedikit uang jajan pada para petugas di lapas itu.
"terima kasih" kataku, tak banyak bicara
"sama-sama nyonya, kami turut prihatin atas kematian suami nyonya, semoga nyonya selalu diberikan ketabahan kesabaran"
"saya pulang dulu, mari pak"
mereka mengantarku sampai ke pintu lapas,
"kita ke makam Bapak dulu",
"Baik Nya", jawab supir keluargaku
......dan didalam mobil  kunikmati lagi strawberry kesukaanku......
****Prabumulih, 24/09/2012****
[caption id="attachment_214351" align="aligncenter" width="300" caption="Doc. FB Planet Kenthir "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H