"Langsung saja, apa maumu?"
"tidak ada apa-apa, sekedar mengunjungimu, anggap saja aku sedang mengunjungi seorang sahabat karena kasus pembunuhan"
"aku tidak membunuh suamimu, bukan aku!"
"sssstttt..........aku tahu itu, tapi fakta tidak bisa dibohongi, suamiku mati dalam pelukanmu di kamar hotel itu!"
Dia diam, lama, maka inisiatifku adalah menyalahkan sebatang rokok dan memberikan padanya untuk dia hisap. dia lakukan juga akhirnya, pelan-pelan sekali hisapan rokoknya berubah jadi kepulan-kepulan asap mengalir pelan dari hidung dan mulutnya.
"Kalaupun katamu itu bohong, setidaknya ceritakan padaku bagaimana kemudian suamiku mati justru dipelukanmu, bukan ketika ia sedang bersamaku"
"itu kencan terakhir kami"
"iya aku tahu itu"
"anggap aku temanmu sekarang, suamiku sudah mati, dia sudah tenang disana, beberapa waktu memang aku bersedih, tak tahu harus berbuat apa, aku harus membayar malu atas semua ini, suamiku mati ditangan perempuan seperti kamu, tapi sudahlah, jangan diungkit-ungkit lagi, aku tak suka"
"aku tidak membunuh suamimu.!!!!"
pelan tapi pasti dan penuh penekanan dia bilang itu padaku, sambil terus dia hisap dalam-dalam rokoknya.