Quran Surat An-Nisa Ayat 1
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Dalam tafsir Al-Mishbah, frase menunjukkan polemic dari inti surah ini terhadap kesetaraan. Namun Quraish Shihab menegaskan bahwa hawa diciptakan dari tulang rusuk adam, itu bukan seakan-akan hawa lebih rendah dari adam. Sebagaimana dalam surah Ali Imran ayat 195, ditegaskan olehNya bahwa "sebagain dari kamu dan sebagian dari lainnya". Menandakan adanya sisi kemanusiaan disana. Saling mengisi antara satu kekurangan dan kelebihan lainnya. Sehingga kesetaraan manusia disini adalah bagiamana dari saling menyempurnakan antar laki-laki atau perempuan ataupun laki-laki dan perempuan.
Ketiga: Alasan perlindungan atas kekerasan seksual
Sudah terlalu banyak kekerasan yang telah terjadi. Sehingga pada tulisan ini tidak mampu menampung semua bukti akibat kekerasan seksual yang dilakukan, baik dari laki-laki jahat ataupun perempuan jahat.
Dikutip dari Amnesty Indonesia (8/4/2020), bahwa selama 12 tahun lebih ini ternyata kekerasan terhadap perempuan di Indonesia naik secara signifikan. Suara yang telah dilontarkan pada hari untuk disahkannya RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT) dan Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU RUU PKS) merupakan dorongan untuk tidak terjadinya kekerasan seksual pada setiap manusia. Hemat penulis, sebenarnya suara-suara tersebut merupakan perwakilan untuk suara-suara mereka yang mengalami kekerasan seksual, baik laki-laki maupun perempuan.
Alasan-alasan diatas merupakan pemahaman yang ringan tentang harusnya selalu direalisasikan pembahasan tentang HAM dan kesetaraan gender ini. Masih banyak alasan-alasan lainnya.
Satu kalimat penyejuk untuk mengakhiri tulisan ini, "Tidak ada ruang yang privasi untuk mereka yang menyuarakan keadilan. Hidup adalah tentang mewarnai yang lainnya. Tetapi, jangan bicara keadilan jika pikiran kita masih partiriarki."
Daftar Bacaan
Kusumawardhana, I. (2018). Indonesia at a Crossroads: The Urgency of "Gender Equality and Justice Act" in Indonesia After Buenos Joint Declaration in 2017. HAM.
Sodik, M. (2012). KESETARAAN GENDER SEBAGAI PEMENUHAN . Muswa.