Mohon tunggu...
Hauzan Hibatullah
Hauzan Hibatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

seorang mahasiswa yang biasa biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permasalahan Seorang Guru di Desa

18 Juli 2024   23:21 Diperbarui: 18 Juli 2024   23:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERMASALAHAN SEORANG GURU DI DESA

Seorang guru memiliki tugas utama yaitu memberikan pengetahuan. Tetapi harus kita pahami bahwa seorang guru juga memiliki tugas dan fungsi sebagai fasilitator untuk mencarikan solusi siswa untuk bisa memecahkan persoalan atau berbagai permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Tetapi kenyataannya masih ada beberapa guru yang memiliki kompetensi rendah dalam proses pembelajaran dikelas. Seperti misalnya; guru masih kurang mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum masuk dikelas dan masih adanya guru yang memiliki pola pikir yang konvensional. Data ini saya ambil dari beberapa referensi jurnal yang saya baca, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di salah satu sekolah SD di daerah saya Purworejo. Salah satu permasalahan di sekolah tersebut ialah masih rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilihat dari hasil penelitian dan supervisi di sekolah tersebut. Beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran adalah Guru belum menguasai RPP yang disusun dan Guru belum mampu mengajar dengan pendekatan tematik.

Problematika eksternal yaitu permasalahan yang datang dari luar diri guru, seperti dari lingkungan, atau dari siswanya. Adapun problematika tersebut antara lain:

1. Kurang Persiapan Dalam Mengajar
Sebagai guru, tentunya harus punya plan dalam mengajar untuk satu tahun ajaran ke depan. Guru yang kurang persiapan dalam mengajar dapat merugikan perkembangan siswa secara akademis. Sebelum tahun ajaran dimulai, guru bisa membuat RPP (Rencana Persiapan Pengajaran), menyiapkan perangkat/media pembelajaran, sampai bahan evaluasi materi.

2. Perilaku Siswa yang Beragam
Sebagai guru, mungkin Anda kesulitan memahami setiap karakteristik siswa, karena ada banyak siswa yang Anda temui di sekolah. Namun tahukah Anda, bahwa siswa ingin diperhatikan saat KBM? Siswa akan senang diberikan pujian dan diperhatikan oleh guru. Tetapi, kebanyakan guru sering lupa memberikan pujian dan mengabaikan perkembangan kepribadian siswa saat mereka berbuat baik, tidak membuat masalah, dan meraih pencapaian.

3. Bantu Temukan Minat dan Bakat Siswa
Guru harus membantu siswa dalam menemukan bakat, minat, dan potensinya. Dengan tersalurnya minat dan bakat siswa secara tepat dapat meningkatkan pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Lalu sebaliknya, kalau tidak dikelola dengan tepat akan menimbulkan masalah bagi siswa, guru, bahkan sekolah.

4. Konsentrasi Siswa Kurang
Faktor yang menyebabkan siswa kurang berkonsentrasi ada banyak, seperti faktor lingkungan, psikologis, dan faktor internal dalam diri siswa. Faktor lingkungan maksudnya adalah yang ada di sekeliling siswa, misalnya saat diberi tugas, siswa terganggu dan lebih tertarik dengan suara ramai di luar dan jadinya mengganggu konsentrasi.

5. Pengajaran yang Kreatif
Kalau guru hanya menjelaskan dan siswa mendengarkan saja, pelajaran akan terasa kurang menarik. Siswa akan menjadi jenuh dan kurang memerhatikan pelajaran. Guru bisa membuat pelajaran lebih inovatif seperti dengan memanfaatkan teknologi.

6. Kurang Interaksi Dalam Pelajaran
Guru yang galak, cenderung kaku, dan kurang bersahabat dengan siswa akan membuat hubungannya terasa berjarak. Akan terjadi kebingungan pada siswa sehingga siswa menjadi pasif, malu, dan takut untuk bertanya kepada guru.

7. Sering Merasa Paling Benar
Banyak guru yang terkadang suka merasa paling benar dan paling pintar saat mengajar. Apakah Anda termasuk ke dalamnya? Sebagai guru harusnya jangan merasa seperti itu dan harus bisa mendengarkan murid juga.

Hal tersebut diperparah oleh adanya pandemi Covid-19. Pada bulan Desember 2019, warga Tiongkok dihebohkan dengan penyebaran virus tersebut. Virus yang kemudian disebut Covid-19 ini menyerang saluran pernapasan dan menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk Amerika, Jepang, dan Eropa dalam waktu yang relatif singkat (Arnani, 2020). Pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo mengumumkan pasien Covid-19 ke-1 dan ke-2 di Indonesia. Dua pasien pertama adalah seorang ibu dan anak. Kurang lebih sebulan 7 hari kemudian, Covid-19 menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia (Mufarida, 2021). Saking cepatnya penyebarannya, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus resmi menyatakan virus Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Penyebutan Covid-19 sebagai pandemi diterapkan karena penyebarannya yang cepat dan bersifat global di seluruh dunia (Sebayar, 2020).

Saat itu, banyak negara memutuskan untuk menerapkan karantina regional.Namun Presiden Joko Widodo memutuskan untuk tidak menerapkan karantina wilayah karena khawatir akan mengganggu perekonomian. Ia kemudian memutuskan menggunakan opsi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Keputusan penerapan PSBB diserahkan kepada masing-masing daerah melalui proses permohonan, dan untuk itu harus mendapat izin Menteri Kesehatan (Ihsanuddin, 2020). Sebagai tempat berkumpulnya banyak orang, penyebaran Covid-19 tentu juga berdampak pada sekolah sebagai lembaga pendidikan. Beberapa pemerintah daerah memutuskan menutup sekolah dan mengganti pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring atau jarak jauh yang sering disingkat PJJ.

Pembelajaran jarak jauh tentu saja penuh dengan masalah. Di sisi lain, guru harus beradaptasi dengan berbagai aplikasi untuk mendukung penyampaian materi, yang seringkali sulit dilakukan. Di sisi lain, hal ini juga menyulitkan bagi orang tua karena harus berperan sebagai pemrakarsa pembelajaran anaknya di rumah, harus berusaha mengalokasikan waktunya di luar pekerjaan rumah, dan juga harus membimbing dan membimbing anaknya. belajar mempelajari materi pelajaran. Hal ini terutama dirasakan oleh orang tua dengan latar belakang pendidikan dan sumber daya yang terbatas (United Nations Educational, 2020). Persoalan menjadi rumit ketika mempertimbangkan infrastruktur dan fasilitas. Menurut Apriliana (2020), terdapat tiga permasalahan dalam belajar di masa pandemi, yaitu kurangnya internet, mahalnya paket internet dan kurangnya kepemilikan ponsel.

Adapun solusi dari permasalahan seorang guru akibat pandemi Covid-19 meliputi berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran jarak jauh dan mengatasi kendala yang dihadapi yaitu :

1. Penggunaan Media Pembelajaran Variatif:
* Menggunakan berbagai media pembelajaran daring seperti Zoom, Google Meet, dan webinar untuk membuat pembelajaran lebih interaktif dan menarik.
* Membuat materi sehari sebelumnya tersedia untuk siswa agar mereka lebih memahami dan dapat bertanya jika ada kesulitan.

2. Kerja Sama dengan Provider dan Pelatihan Teknologi:
* Melakukan pelatihan penggunaan teknologi informasi (TI) untuk guru agar mereka lebih siap dalam menggunakan media pembelajaran daring.
* Kerja sama dengan provider untuk meningkatkan layanan internet di sekolah dan memberikan pelatihan tentang proses belajar mengajar secara daring.

3. Fleksibilitas dalam Penggunaan Dana BOS:
* Menggunakan dana BOS untuk mensubsidi kuota internet guru dan siswa, yang merupakan salah satu kendala utama dalam pembelajaran jarak jauh.

4. Peran Kepala Sekolah dan Orang Tua:
* Peran kepala sekolah dalam mendorong para pendidik dan tenaga kependidikan untuk melek TI dan memberikan pelatihan tentang proses belajar mengajar.
* Mendorong orang tua untuk mendampingi anak-anak dalam kegiatan belajar mengajar dan memantau perilaku siswa selama pembelajaran daring.

5. Mengatasi Keterbatasan Sarana dan Prasarana:
* Membuat lokasi pembelajaran yang lebih terjangkau jaringan internet untuk siswa yang memiliki keterbatasan akses internet.
* Menggunakan media daring yang variatif dan dominan live untuk menyerap materi pelajaran dengan optimal dan memantau perilaku siswa.

6. Meningkatkan Disiplin dan Kedisiplinan:
* Membiasakan anak untuk literasi dengan membacakan buku dan mengenalkan huruf serta membaca.
* Membatasi anak dalam bermain gadget dan mendorong mereka untuk bermain sambil belajar.

7. Menginspirasi Siswa dengan Materi Menyenangkan:
* Memberikan materi yang menyenangkan dan menghibur siswa, seperti memaparkan cerita inspiratif, untuk meningkatkan semangat belajar.
Dengan adanya berbagai solusi ini, seorang guru dapat lebih efektif dalam menghadapi tantangan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19.
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun