6. Merespon setiap prilaku peserta didik secara positif, dan menghindari respon negatif.
7. Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran. (Goleman,2002)
Mengupas pengelolaan kecerdasan emosi yang tepat tidak dapat lepas dari sistim pendidikan di sekolah. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang menyertakan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Muatan pelajaran di sekolah kita terlalu sarat dengan muatan kognitif dan sangat kurang mengupas aspek psikomotorik apalagi aspek afektifnya.
Emosi anak adalah aspek pendidikan yang selalu ditinggalkan dan dianggap remeh oleh para pendidik. Sisitem rengking yang diterapkan di sekolah masih dipandang pro dan kontra oleh psikologi dan pendidik. Pada hal sistem rengking baik untuk anak-anak yang cerdas sehingga perkembangan emosinya dapat optimal.
Kurangnya perhatian terhadap faktor emosi di dunia pendidikan terhadap anak dapat dicontohkan dengan guru yang menghina siswa didalam kelas, guru tidak dapat memberikan “hadiah” dan “hukuman” yang tepat terhadap siswa yang berprestasi dan yang tidak berprestasi. Membangun naskah emosi yang sehat pada anak dapat dilakukan dengan berbagai cara aantara lain :
1.Ajarkan nilai-nilai budaya dimana anak hidup.
2.Kenali dlu emosi-emosi anak yang menonjol, baru kita mengajarkan emosi-emosi itu kepada anak. Guru bisa mengasah kecerdasan emosional anak yang menonjol.
3.Kenalkan anak tentang emosi misalnya dengan cara kata-kata , bahasa tubuh, ekspresi wajah,
4.Buatlah disiplin yang konsisten antara guru dan siswa.
5.Ajarkan pada ekspresi emosi apa yang dapat diterima oleh lingkungan.
6.Tunjukkan perilaku yang dapat diimitasi/ditiru oleh anak secara langsung.