Mohon tunggu...
Haura Muafa
Haura Muafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amateur Writer

Rule number #1, Never be number #2.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki dan Hujan

20 November 2023   04:28 Diperbarui: 20 November 2023   06:29 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai pria maskulin, sungguh memalukan bila aku menangis. Bodohnya, aku melakukannya diwaktu itu. Tak peduli seberapa angin dan rinai hujan mendera menyumbat telinga, aku melolong dengan isakan tangis yang memecah udara. Semua orang menatapku dengan ekspresi tak biasa, membuatku menyesal dan terpuruk.

Kemudian, aku membenci hujan. Rinai tak lagi harmonis nan indah, melainkan berfungsi sebagai "Alarm" masa lalu yang kelam. Ia membuatku mengingat seluruh kejadian di hari itu. Pusaran air yang perlahan berubah warna, serta nyanyiannya yang menakutkan, menggelegar membelah angkasa dan membuat langit menjadi murka. Aku takut, serta benci.

Telingaku semakin muak mendengar tetesan hujan, aku memanggil gadis surai merah jambu itu. Aku menggaet tangannya, menariknya menjauh dari halte bus yang perlahan beraroma hujan,

"Ayo pergi. Aku benci ini"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun