Mohon tunggu...
Hatta Syamsuddin
Hatta Syamsuddin Mohon Tunggu... lainnya -

jalan-jalan berbagi inspirasi, penikmat sejarah & kuliner, guru ngaji dan jualan roti di pesisir bengawan solo \r\n\r\nwww. indonesiaoptimis.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bangsa (belum) Gemar Membaca

21 September 2016   12:09 Diperbarui: 21 September 2016   12:37 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walhasil, dengan banyaknya inspirasi gemar membaca dari para pahlawan dan pemimpin negeri ini, semestinya bisa meningkatkan minat baca masyarakat kita. Namun kenyataan yang ada sayangnya tidak demikian.

Kemudian sebab Keduamengapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah hal yang sangat memprihatinkan, tidak lain karena bangsa Indonesia masyarakatnya mayoritas adalah muslim. Sementara ajaran Islam sangat menekankan bagi umatnya untuk membaca dan meningkatkan pengetahuan.

Teramat banyak dalil baik Alquran maupun As-Sunnah yang mengisyaratkan tentang pentingnya ilmu dan menuntut ilmu. Bukankah wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah SAW juga perintah membaca ?.  Sehingga semestinya seorang muslim menjadi yang terdepan dalam menjalani budaya membaca dan belajar.

Imam Syafi dalam kitab syairnya sangat banyak memotivasi terkait semangat belajar dan meningkatkan ilmu. Dia menuliskan : Siapa orang yang tak pernah merasakan sulitnya belajar;  dia akan terus merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Terkait soal buku, pepatah Arab juga memberikan motifasi dengan mengatakan khoirul jalis fiz zaman, al kitab, sebaik-baik teman duduk setiap waktu adalah buku. Motivasi lainnya bisa kita dapat dari Dr. Aidh Al-Qarni dalam buku best sellernya La Tahzan. Ia mengutip perkataan Abu Ubaidah, ia berkata , “ Al Muhallab memberikan nasihat kepada anaknya sebagai berikut. “ Wahai anakku, janganlah engkau berlama-lama di pasar kecuali engkau mengunjungi pembuat baju perang atau penjual buku “

Ajaran Islam yang mulia dalam mencintai dan ilmu sangat dipahami para ulama dan diaplikasikan dengan baik dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam kitab kitab alMusyawwaq ilal Qiro-ah wa tholabil ‘ilm karya Ali bin Muhammad al-‘Imran, disebutkan beberapa kisah kecintaan para ulama kita dan buku.

Majduddin Ibn Taimiyyah (Kakek Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah) misalnya, karena semangatnya dalam belajar, jika akan masuk kamar mandi berkata kepada orang yang ada di sekitarnya: “Bacalah kitab ini dengan suara keras agar aku bisa mendengarnya di kamar mandi”. Tentu kitab yang dimaksud adalah jenis kitab yang bisa dibahas dan dicerna saat seseorang di kamar mandi, bukan bahasan tentang Al-Quran dan Hadist. bahkan Ulama lain Al-Hasan alLu’lu-I,  selama 40 tahun tidaklah tidur kecuali kitab berada di atas dadanya.

Diantara para ulama tersebut ada juga yang menghabiskan begitu banyak anggaran untuk memperoleh buku kegemaran. Diriwayatakan bahwa Al-Hafidz Abul ‘Alaa a-Hamadzaaniy  sampai menjual rumahnya seharga 60 dinar untuk membeli kitab-kitab Ibnul Jawaaliiqy. Nilai 60 dinar jika dikonversikan dengan kurs emas hari ini berarti setara dengan sekitar 120 juta rupiah lebih. Dan banyak lagi kisah motifativ semacam ini terserak seputar ulama-ulama terdahulu.

Kembali tentang minat baca yang rendah di negeri ini, sungguh banyak alasan yang bisa kita hadirkan untuk sekedar memakluminya. Namun ujung dari semua itu adalah motivasi diri yang lemah. Karena itu mari kita mulai dari kita sendiri dan keluarga, untuk lebih mencintai buku, membaca dan mempelajarinya. Kita juga harus tularkan budaya membaca secara khusus pada anak-anak kita, karena bangsa ini masih sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berkualitas seperti Bung Karno, bung Hatta dan Buya Hamka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun