"Semoga Bapak/Ibu Guru lebih tabah menghadapi murid zaman now"
Tulisan itu terpampang di selembar kertas yang digantung pada seikat balon udara. Ada juga beberapa tulisan lainnya, semuanya berisi doa-doa, harapan serta unek-unek para siswa yang mereka tulis sendiri.
Balon udara itu sedianya akan dilepas oleh bapak kepala sekolah, seusai upacara peringatan hari guru.
Pagi itu, suasana sekolah cukup ramai, anak-anak menyiapkan begitu banyak pernak-pernik berwarna warni, buket bunga bertuliskan ucapan selamat hari guru disertai doa dan harapan, dengan niat buket itu akan diberikan kepada wali kelas mereka masing-masing. Ada tangkai-tangkai mawar plastik berpita metalik, ditempeli kartu bertuliskan puja puji bagi guru. Ada pula cokelat aneka rasa dibalut pita berwarna dan doa-doa disecarik kertas.
Upacara usai, balon udara diterbangkan bersama segenap doa-doa dan harapan. Buket bunga, tangkai mawar dan cokelat dibagi-bagikan oleh siswa kepada seluruh guru kesayangan, seulas senyum, kecup hangat dan peluk mesra tak lupa mereka haturkan sembari berucap "selamat hari guru".
Sejenak suasana menjadi haru, beberapa siswa melantunkan lagu Terpujilah Guru. Ucapan terima kasih paling tulus datang dari para guru, untuk siswa-siswa yang tak henti menghadiahi mereka dengan cokelat dan bunga. Hari itu segenap warga sekolah berbahagia, tak ada pembelajaran, hanya ada canda tawa, foto bersama dan luapan rasa gembira dari semua yang ada. Itu terjadi di 25 November 2019 tahun lalu.
Kini, tak ada perayaan semacam itu, sekolah sepi, hanya beberapa siswa yang terkadang datang untuk kepentingan praktek dan administrasi. Pandemi telah mengubah banyak hal. Doa-doa tahun lalu seperti menemui ijabahnya di tahun ini. Doa tentang ketabahan menghadapi murid zaman now.
Sebab pandemi, komunikasi dan pembelajaran dilakukan hanya melalui aplikasi, dengan mengandalkan jaringan internet yang terkadang pas-pasan, bahkan beberapa guru harus rela bertandang ke rumah siswa demi memberi pelajaran.
Di sekolah, guru-guru menjadi seperti pengangguran tak bermakna, mereka hadir sekadar memenuhi tugas administrasi, pembelajaran tatap muka bagi mereka masih sangat berguna dan menyimpan makna, sehebat apapun teknologi yang digunakan saat ini.
Ada kerinduan mendalam pada situasi ketika guru berdiri di depan kelas, menjelaskan materi ajar, sesekali tertawa, menegur siswa yang usil bahkan memarahi mereka yang kadang-kadang lupa diri dan cenderung kurang ajar.
Teknologi memang belum bisa menggantikan keintiman yang tercipta antara guru dan siswa, ketika mereka berinteraksi di dalam kelas, bertegur sapa di koridor sekolah, bahkan berkisah dan berkeluh kesah di ruang BK (Bimbingan Konseling).
Setiap sikap dan tingkah guru menjadi pusat dari segala model pendidikan, itulah mengapa guru disebut sebagai teladan. Tutur sapa, tatapan mata, cara berpakaian hingga gerak tubuh, semua adalah hal yang sangat mungkin akan ditiru. Inilah yang tak mungkin ditemukan pada kecanggihan teknologi yang selalu menipu. Sederhananya, kita kerap berjilbab rapi ketika webinar, tapi ternyata bercelana pendek di bagian bawah, karena tak tertangkap kamera.
Di ruang batinnya, seorang guru kadang meyakini bahwa ia memikul tanggung jawab yang tak mudah, semboyan mencerdaskan anak bangsa mungkin selalu terlupa dipikirkannya, sebab ia hanya mengerti bagaimana siswa-siswa itu harus naik kelas dan lulus sekolah. Selebihnya, biarlah arus kehidupan membawa mereka ke nasib-nasib yang sudah ditakdirkan Tuhan.
Puja puji bagi guru yang kadang berlebih, tak lantas membuatnya bangga apalagi sejahtera. Guru tetaplah guru, tugasnya harus menjaga agar pelita tetap menyala, tak peduli sekuat apapun badai menerpa, guru tetap harus tegar meski intrik politik kerap menguji sabar.
Disisi lain, guru harus memiliki segudang ilmu yang mumpuni, kemampuannya harus setara langit, tapi hatinya tetaplah harus seluas samudera. Secuil kesombongan diharamkan muncul di lubuk batinnya. Idealnya, ia tak boleh merasa berjasa atas keberhasilan setiap murid-muridnya.
Tapi jangan lupa guru juga manusia, sekali waktu ia juga merindukan cokelat, bunga dan doa seperti tahun sebelumnya. Namun, pahlawan tanpa tanda jasa, tentu hanya akan menggantung harap kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
_________________________
Rabu, 25 November 2020
Terima Kasih Guru
"semoga pandemi segera berlalu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H