Mohon tunggu...
Hasyim Siddiq
Hasyim Siddiq Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Akom, Pimpinan DPR Arogan yang Tak Dihormati Anggota Lainnya

3 Mei 2016   10:42 Diperbarui: 3 Mei 2016   10:51 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : kompas.com

beberapa dekade, kursi Ketua DPR RI selalu berada di tangan kader Partai Golkar, kecuali pada tahun 2009 yang dijabat dari Partai Demokrat, yaitu Marzuki Alie. Selain tahun tersebut, mulai dari Adam Malik tahun 1977 hingga 2016 ini, semua kursi Ketua DPR identik dengan partai berlambang Pohon Beringin tersebut.

Berbagai kebijakan pun telah dihasilkan dari jaman orde baru hingga reformasi, bahkan banyak kalangan menilai bahwa pembangunan Indonesia di jaman orde baru adalah karya dari para tangan dingin, kaum teknokrat, kader Golkar yang menduduki kursi DPR.

Meski di tahun 2009, bukan kader Golkar yang menjadi Ketua DPR, namun di deretan wakilnya ada nama Priyo Budi Santoso yang memegang amanah Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Golkar pun menjadi partai penyeimbang yang mementingkan program pro kerakyatan.

Namun marwah kepemimpinan Ketua DPR mulai luntur saat kader Golkar Setya Novanto memegang jabatan tersebut. Tentunya kita masih ingat bagaimana kasus “papa minta saham” Setya saat mencoba memiliki sebagian saham PT Freeport Indonesia dengan mencatut nama Presiden Jokowi.

Alhasil, Setya pun menjadi Ketua DPR pertama yang disidang di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) yang memaksa dirinya harus meletakan jabatan Ketua DPR dan menyerahkannya kepada Ade Komarudin.

Akom berbeda latar belakang dengan kader Golkar lainnya yang rata-rata pengusaha, teknokrat atau akademisi. Akom adalah politisi murni berlatar belakang mantan aktivis HMI. Sebagai politisi, ia dikenal licin dan jago bermanuver.

Baru menjabat sebagai Ketua DPR, pria yang akrab disapa Akom ini sudah berulah, salah satunya dengan mengibarkan bendera perang dengan salah satu Waki Ketua DPR Fadli Zon. Akom menyebut istri Fadli kegenitan saat liburan ke Jepang melakukan selfie mengatasnamakan DPR.

Nampaknya banyak koleganya sesama anggota dewan tidak sepakat dengan jalan pemikiran Akom. Salah satunya soal pembangunan Perpustakaan DPR yang rencananya akan menghabiskan dana Rp 570 miliar. Sontak rencana ini pun mengundang kritik dari masyarakat karena perpustakaan yang ada di DPR sekarang dirasa masih sangat bagus. Penolakan juga datang dari internal DPR seperti Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI Achmad Dimyati.

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengatakan untuk membangun perpustakaan, dana Rp 570 miliar sangat tidak masuk akal dan terkesan ada “permainan” dalam proyek tersebut. Terlebih lagi, moratorium gedung yang masih berlaku membuat pembangunan perpustakaan akan lebih sulit.

Selain Dimyati, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menilai uang Rp 570 miliar lebih baik digunakan untuk proyek yang lebih strategis yang bisa langsung dirasakan rakyat seperti program kesehatan dan pendidikan. Selain itu, menurutnya, perpustakaan yang ada sekarang hanya digunakan untuk staff dan anggota DPR jarang sekali berkunjung ke perpustakaan tersebut. Artinya, minat baca anggota yang masih rendah tidak relevan dengan pembangunan perpustakaan yang nilainya sangat besar.

Sementara itu, Juru Bicara Partai Demokrat yang juga Anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul mengatakan bahwa Akom memang sengaja cari-cari proyek, makanya tidak mau mendengar masukan dari orang lain. Dia pun menyarankan jika memang tujuannya untuk mencerdaskan bangsa, maka lebih baik Akom turun langsung ke lapangan dengan membangun sekolah-sekolah yang tidak layak di pedalaman. Kalau membangun perpustakaan ratusan miliar, terlihat sekali cari-cari proyeknya.

Penolakan anggota DPR terhadap wacana pembangunan perpustakaan tersebut tercermin dari Sidang Paripurna, Rabu (6/4/2016). Ketua Komisi IV Edhy Prabowo langsung memberikan interupsi perihal rencana pembangunan perpustakaan tersebut. Dia menilai, pembangunan perpustakaan tidak tepat jika melihat situasi ekonomi saat ini. Sementara itu, Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR Roem Kono mengaku tidak mengetahui urgensi pembangunan perpustakaan DPR. Dia mengatakan, pembangunan perpustakaan merupakan salah satu mega proyek DPR.

Meskipun mendapat penolakan dari seluruh pihak, Akom tetap tidak bergeming dari pendiriannya yang ingin melanjutkan wacana tersebut. Dia berdalih, pembangunan yang menguras uang rakyat adalah demi kebaikan bangsa dan negara. Banyak pengamat antikorupsi mengatakan alasan Akom mengada-ngada dan hal itu dilakukan hanya untuk memuluskan jalannya untuk melakukan korupsi.

Sebenarnya, jauh sebelum Akom menjadi Ketua DPR, ada beberapa kasus korupsi yang menyebut nama Akom terlibat di dalamnya. Salah satunya dalam kasus dana haji yang pada akhirnya dirinya lepas begitu saja. Kasus lainnya adalah manipulasi anggaran tugas pembantuan prioritas MDGs dan supply side SSK, yakni pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan. Yang dilakukan Akom dalam proyek Rp 24 miliar itu yakni dengan mengarahkan proyek alkes ke Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Guna melancarkan "permainan", Akom rajin menggelar pertemuan dengan Bupati Banggai, Sofian Mile, di Hotel Mulia Senayan lantai lima.

Sikap keras kepala Akom yang tidak mau mendengarkan koleganya dan rakyat dalam pembangunan perpustakaan sudah melanggar tugasnya sebagai Ketua DPR sebagaimana mestinya. Akom tidak mencerminkan bagaimana seorang ketua yang mempu mengakomodasi aspirasi rakyat yang diwakilkan oleh anggota dewan lain. Dari kasus ini penulis menilai Akom tidak bisa menjadi pemimpin yang baik untuk DPR. Ia menurut sebagian besar anggota DPR tak punya legitimasi yang kuat memimpin lembaga sebesar DPR. DPR pun tak akan solid di bawah Akom. Kita lihat saja nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun