Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Banjir

22 Januari 2021   02:19 Diperbarui: 22 Januari 2021   02:22 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.mongabay.co.id

Rumah besar, mobil dan masih banyak lagi semua kini dimilik pak Malik. Semua berubah dalam hidupnya saat pak Malik ditawari bekerja sama dengan perusahaan besar.  Dulu pak Malik memiliki kebun yang bersebelahan dengan hutan . Hutannya masih termasuk hutan yang dilindungi. Tapi hutan masih bisa menguntungkan bagi masarakat setempat karena banyak yang suka mengambil beberapa tanaman di sana yang bisa diolah menjadi makanan sehari-hari mereka. 

Dan ranting-ranting yang berjatuhan yang bisa mereka gunakan sebagai kayu bakar , bagi yang belum memilik kompor. Sebetulnya sih kehidupan pak Malik tidak kuarng-kurang amat. Dengan hasil kebunnya pak Malik bisa menghidupi keluarganya secara sederhana.Dan hubungannya dengan masarakatpun baik-baik saja. Tapi itu semua berubah saat pak Dirga dari perusahaan besar menawarkan kerja sama. Kerja sama yang menggiurkan. Uang akan diterima pak Malik dalam jumlah besar kalau mau bekerja sama.

            "Apa yang harus dilakukan?"tanya pak Malik.

            "Mudah kok, kamu tinggal jaga keamanan dan jangan masarakat tahu apa yang kita kerjakan."

            "Memang apa yang akan dikerjakan?"tanya Pak Malik. Pak Malik mendengarkan penjelasan dari pak Dirga. Dia mulai mengerti. Hati nuraninya mulai terusik. Menggadaikan hati untuk sebuah kenikmatan yang akan diberikan dengan uang banyak. Maukah dirinya?

            "Coba kamu pikrkan ya, hidupmu bakal enak dan keluargamu bakal terjamin. Nanti saya bakal kembali,"tukas pak Dirga.

Butuh waktu lama pak Malik berpikir. Dia masih ada rasa gak enak karena ini akan menyakiti temannya sendiri. Dulah. Dulah selalu berusaha untuk mempertahankan hutan. Sudah banyak yang mau membuka lahan di hutan tapi Dulah pelopor lingkungan hidup di desanya selalu berdiri tegak melindungi hutan. Tapi kalau perusahaan ini mau menebangi hutan untuk diambil kayunya, bagaimana dengan Dulah. Tentu Dulah akan bereaksi. Kekawatiran itu pak Malik sampaikan pada pak Dirga.

            "Tenang saja, itu urusan perusahaan, yang penting kamu harus menjamin agar masarakat tak tahu dan mencegah agar masarakat marah. Itu saja." Pak Dirga menepuk bahu pak Malik. Dan uanglah yang membuat pak Malik akhirnya setuju. Dan benar kehidupan pak Malik mulai berubah. Rumah bisa direnovasi dengan segala fasilitasnya. Dan pak Malik gembira karena keluarganya bisa tersenyum. Tapi Dulah mulai curiga dengan aktivitas pak Malik. 

Waktu Dulah menanyakan pada pak Malik tapi dia berusaha menghindar dirinya. Dulah mulai melakukan investigasi. Ternyata apa yang dia bayangkan benar adanya. Ada penebangan liar yang dilakukan di dalam hutan. Mereka tak menggunakan mesin tapi tenaga mnausia agar tak ketahuan. Dan mengangkut kayu-kayu itu pada tengah malam saat penduduk sudah terlelap. Dulah melihat pak Malik juga ada di sana. Dulah mulai melaporkan apa yang dia lihat pada kepala desa. Tapi apa yang diomongkannya tak dipercaya. Dulah memperlihatkan hasil jepretan foto di ponselnya. Tapi kenyataannya kepala desa tak bisa berbuat apa-apa, ada aparat dan atasannya lainnya yang melindungi penebangan kayu itu.

Dulah mulai mengajak masrakat untuk demo pada perusahaan itu. Dan itu membuat pak Dirga marah. Dia memarahi pak Malik karena gak bsia mencegah terjadinya demo. Dan pak Dirga menyuruh pak Malik untuk menghilangkan Dulah. Pak Malik gelisah. Dulah adalah temannya. Teman dari kecil dan Pak Malik tahu Dulah memang berjuang agar hutan tetap lestari.Tapi uang membuat mata hatinya tertutup. Dulah akhirnya ditangkap dan dibuang di hutan di seberang desa yang lokasinya jauh. Tapi pak Malik tak tega untuk membunuhnya. Pak Malik yakin Dulah tidak bakal ditemukan dan akan mati kelaparan. Karung yang berisi Dulah dia taruh di tengah  hutan. Berita kehilangan Dulah santer. 

Semua aparat mencari Dulah dan kegiatan perusahaan dihentikan dulu. Sudah seminggu pencarian Dulah tapi hasilnya nihil. Semua berlalu begitu saja sampai musim hujan datang. Hujan yang terus menerus mengguyur desa, membuat sungai mulai meluap. Dan hutan sedikit yang bisa membuat air meresap ke tanah. Dan akhirnya banjir datang di desa yang tadinya tak pernah banjir. Semua porak poranda termasuk rumah pak Malik, terjangan banjir membuat rumahnya rusak parah. Dan tak lama kemudn iaterdengar pak Malik ditangkap polisi karena diduga bekerja sama dengan perusahan liar.

Semua akhrinya sia-sia, alam memilih sendiri saat alam mulai dirusak tangan-tangan manusia. Semua hnacur karena tak ada lagi keseimbangan di alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun