Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Preman

15 Januari 2021   02:23 Diperbarui: 15 Januari 2021   02:27 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak pabrik sepatu ini berdiri, bang Egar sudah menjadi preman dari pabrik sepatu. Dia digaji untuk keamanan pabrik agar pabrik bisa beroperasi dengan baik. Bukan tugas yang sulit bagi bang Egar. Sebagai preman dia punya banyak anak buah yang bisa diandalkan kalau ada sesuatu yang membahayakan pabrik. 

Suatu kebanggan bagi dirinya bisa menjadi keamaann di pabrik besar itu. Padahal kenyataannya pabrik mempekerjakan dirinya karena alasan agar pabrik aman . Sudah diketahui kalau bang Egar preman kampung yang sangat ditakuti banyak orang. Dia menguasai pasar, terminal dan banyak laahn kosong yang dikuasainya. Saat pabrik baru berdiri banyak tenaga kerja dari daerah sekitar bisa bekerja di sana. Semua berkat bang Egar tapi tentu harus ada komisi baginya. Begitulah

Tetapi kenyataan yang ada , banyak pekerja yang malas, mau enaknya sendiri dan sulit diatur. Ditambah dengan skill dan ketrampilan yang memang kurang sekali. Akhirnya setelah satu tahun bekerja kontraknya tak diperpanjang lagi . Banyak digantikan oleh pekerja dari luar daerah yang ternyata lebih rajin dan ulet. Masarakat di sana mulai resah karena banyak pendatang yang kerja di pabrik dan kesempatan mereka semakin kecil.

            "Seharusnya masarakat sini yang diprioritaskan bukan dari daerah lain."

            "Betul, padahal bang Egar sudah janji bakal masarakat sini yang kerja ."

            "Harus ada yang mau nomong sama bang Egar."

            "Apa bakal marah gak bang Egar ya."

            "Jangan atuh."

Begitulah masarakat mulai resah, kesempatan kerja berkurang karena ada pendatang. Belum yang lama banyak yang tak diperpanjang kontraknya.  Masarakat mulai resah. Beberapa kumpul di pos kamling untuk membicarakan ini. Mereka sepakat akan berdemo ke pabrik.

Demo yang terjadi melumpuhkan aktivitas pabrik tersebut. Bang Egar begitu marah karena iapun mulai didesak untuk memukul mundur pendemo.

            "Hantam terus, masuk,"teriak orang-orang yang demo. Bang Egar mulai kewalahan menangani pendemo ini. Bisa-bisa dia bakal dipecat karena demo ini membuat pabrik tak aman. Keringat dingin mulai keluar. Pemasukan bakal berkurang banayk nih.  Akhirnya polisi bisa memukul mundur pendemo. Bang Egar mendapat peringatan keras untuknya. Bang Egar tahu masarakat marah padanya padahal mereka seharusnya juga tahu yang berwenang perusahaan bukan dirinya tapi kenapa dirinya yang dipermasalahkan. Dirinya harus berbuat sesuatu karena kalau tidak posisinya bakal diganti. Desas desus ada preman lain yang bakal menggantikan dirinya. Itu tak boleh terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun