Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penjaga Setia

12 November 2020   02:27 Diperbarui: 12 November 2020   02:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: idntimes.com

Bruno memang hanya seekor anjing tapi dia sangat setia dengan Dila majikannya. Bruno tahu, dirinya adalah satu-satunya teman bagi Dila. Bruno selalu merasa ikut bersedih saat Dila sedang menangis. 

Sudah beberapa bulan ini Dila sering menangis dan hanya dirinyalah yang mau mendengarkan curahan hatinya, walau dirinya tak bisa bicara padanya. Bruno hanya menempelkan kepalanya di paha Dila. Dan Dila akan mengelus-ngelus dirinya. 

Entah sudah berapa banyak Dila menangis. Dan sudah banyak air mata yang tak pernah kering walau setiap hari Dila menangis. Mungkin kekecewaan Dila sudah sampai batas akhirnya. Bruno teman setianya yang tak pernah hilang dari pandangan Dila.

Dila, cantik punya karier bagus dan dipersunting Raysid, pria tampan tajir bekerja perusahan eskpedisi. Sempurna. Orang-orang melihat mereka begitu sempurna. Terlihat bahagia dengan pernikahannya. Mereka tidak tahu, apa yang ada di balik kebahagiaan semu yang mereka hadapi. 

Saat Rasyid mulai mempermainkan cinta mereka dengan dekat dengan seorangwanita. Wanita yang tak bekerja. Entah seperti kode bagi Dila kalau Rasyid menginginkan dirinya hanya menjadi ibu rumah tangga saja. 

Dila tahu Rasyid memang terbaisa dilayani  sejak kecil oleh orangtuanya. Dan kini dia masih saja ingin dilayani sampai mencari pakaian semua harus disediakan. Tapi bagi Dila yang terbiasa mandiri di keluarganya, semua dilakukan bersama untuk mengurus rumah tangga. Semua bisa dijalani dengan baik. Tapi Rasyid selalu mengeluh dengan masakannya, dengan cara Dila melayani yang tak sebgus ibunya. 

Dila mulai merasa dirinya hanya sebagai pembantu suaminya. Untung dia bekerja sehingga kekesalan hatinya bisa terobati saat dai bekerja.  Entah mengapa Dila harus menangis saat Rasyid terlihat berjalan berdua dengan wanita itu dan Dila melihatnya. Dan akhirnya Dila menyetujui kalau dia harus menjadi ibu rumah tangga untuk bisa mengurus suaminya. 

Dila mulai mengurus rumah, mulai memasak. Apa semua menjadi baik? Tidak. Ternyata memang sifat Rasyid yang tak pernah puas. Sudah dilayani dan Dila harus berkorban demi dirinya . tapi usahnaya sia-sia. Karena Rasyid pernah bilang pernikahan belum sempurna kalau belum ada anak.

Dila mengelus-ngelus kepala Bruno. Hanya Bruno yang tahu isi hatinya. Dia selalu bercerita dan Dila tahu Bruno mengerti akan kesedihannya.

"Aku harus bagaimaan Bruno? Semua usaha sudah aku lakukan tapi Rasyid sepertinya tak merasa puas." Bruno menatap mata Dila denagn sedih. Dia tahu Dila begitu sedih.

"Dia selingkuh. Tapi lagi. dengan alasan yang berbeda. Lalu aku harus bagaimana? Dan Rsyid tak mau aku bercerai dengannya. Dia takut ketenarannya hancur. Tapi bagaiaman dengan diriku, Bruno. Aku sudah tak tahan lagi."

"Astaga Bruno, kau menangis." Bruno mengeluarkan suara yang sedih. Dila merangkulnya. Kali ini dirnya sudah tak tahan lagi. kalau saja dia meninggalkan ruamh ini. Biarlah aku disebut sebagai istri durhaka. Toh, hatinya sudah hancur. Dila pergi tanpa membawa Bruno. Bruno menatap kepergian Dila dengan pandangan sedih. Hatinya sedih  dan marah pada Rasyid. Cinta Dila dibalas dengan luka di hatinya.

Rasyid marah saat tahu Dila tak ada di rumah. Egonya begitu kuat sehingga suara teriakannya begitu mengelegar. Bruno menggeram di depan Rasyid. Rasyid menendangnya sangat keras.

Bruno mundur selangkah tapi dia tetap menggeram keras dan memperlihatkan taringnya. Sungguh Bruno kesal dengan Rasyid. Rasyid mulai marah dengan Bruno. Dia mulai mengusirnya tapi Bruno menggeeram dengan lebih keras dan mempelrihatkan taringnya yang tajam. 

Rasyid mulai ketakutan. Dia mundur sedikit demi sedikit dan mulai berteriak, tapi tak ada satupun pembantu datang. Ke mana mereka? Bruno maju selangkah demi selangkah. Rasa amarahnya sudah sampai puncak dan Bruno melompat dan menerkam sampai Rasyid tak berdaya. Diam. Dan berita koran esoknya tertulis berita dengan judul, "Pengusaha terkenal tergeletak di lantai dengan bersimbah darah".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun