Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penjaga Setia

12 November 2020   02:27 Diperbarui: 12 November 2020   02:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: idntimes.com

"Astaga Bruno, kau menangis." Bruno mengeluarkan suara yang sedih. Dila merangkulnya. Kali ini dirnya sudah tak tahan lagi. kalau saja dia meninggalkan ruamh ini. Biarlah aku disebut sebagai istri durhaka. Toh, hatinya sudah hancur. Dila pergi tanpa membawa Bruno. Bruno menatap kepergian Dila dengan pandangan sedih. Hatinya sedih  dan marah pada Rasyid. Cinta Dila dibalas dengan luka di hatinya.

Rasyid marah saat tahu Dila tak ada di rumah. Egonya begitu kuat sehingga suara teriakannya begitu mengelegar. Bruno menggeram di depan Rasyid. Rasyid menendangnya sangat keras.

Bruno mundur selangkah tapi dia tetap menggeram keras dan memperlihatkan taringnya. Sungguh Bruno kesal dengan Rasyid. Rasyid mulai marah dengan Bruno. Dia mulai mengusirnya tapi Bruno menggeeram dengan lebih keras dan mempelrihatkan taringnya yang tajam. 

Rasyid mulai ketakutan. Dia mundur sedikit demi sedikit dan mulai berteriak, tapi tak ada satupun pembantu datang. Ke mana mereka? Bruno maju selangkah demi selangkah. Rasa amarahnya sudah sampai puncak dan Bruno melompat dan menerkam sampai Rasyid tak berdaya. Diam. Dan berita koran esoknya tertulis berita dengan judul, "Pengusaha terkenal tergeletak di lantai dengan bersimbah darah".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun