Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Malam Takbir

15 Mei 2020   02:18 Diperbarui: 15 Mei 2020   02:35 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tumpi.id

Kini di malam takbiran aku hanya bisa mendengarkan suara takbir dari tempat kos. Suara emak yang pastinya sedang membuat ketupat akan aku rindukan. Masih satu langkah lagi aku bisa pulang bertemu emak, dan mudah-mudahan corona ini cepat berlalu. 

Walau nanti wisuda hanya secara virtual tapi ini bisa jadi bukti aku pada emak. Tunggu aku pulang mak, aku sudah rindu. Rindu suasana kampung. Rindu masakan emak, rindu suara takbir di surau. Tak terasa air mata turun dan aku mulai terisak.

"Neng, kamu menangis?" tanya mak Iroh.

"Gak, mak, hanya rindu sama emak di kampung." Mak Iroh memeluk erat. Mak Iroh sudah seperti emakku sendiri. Dia hidup sebatang kara. Anak-anaknya tak tahu kemana dan tak pernah pulang kembali. Aku satu-satunya yang menemani mak Iroh. Mak Iroh selalu membantu aku saat aku membutuhkan uang.

Mak Iroh selalu menganggap aku anaknya yang hilang. Katanya Tuhan sudah mengirim aku buat dirinya. Mak Iroh selalu memanjakan diriku. Seringkali aku dimasakan masakan kesukaanku. Kalau aku sakit dia merawatnya dengan penuh kasih sayang. 

Aku selalu bersyukur dipertemukan dengan mak Iroh. Dia bagaikan malaikat penolong bagiku.  Pelukan hangatnya membuat aku merasa aman. Mak Iroh, dia emakku juga, aku akan menjaganya seperti aku menjaga emakku. Aku tak akan melupakan kasih sayangnya. Aku menyayangimu, mak Iroh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun