"Ya, sudah sana, tapi tolong hutang makan kemarin dan hari ini belum dibayar. Mak Iroh tak mengijinkan aku berhutang lagi kalau yang kemarin dan hari ini belum bayar,"tukasku. Dia merogoh kantung bajunya , hanya ada lima ribu rupiah di kantungnya. Mana cukup uang segitu, apalagi dia selalu makan daging di setiap makannya.
Malam ini, bayiku tetap saja tak mau tidur. Apa merasakan kalau ayahnya sudah tak pulang dua hari. Ada demo besar-besaran . Entah kemana dia pergi. Lupa punya keluarga yang harus dia beri makan. Untungnya uwa Siti tiap hari memberikan makan walau makan sisa kemarin.
Aku sudah lelah . mataku tak tahan lagi, kantuk begitu kuat . Tapi baru tertidur sebentar tangis bayiku mengeras lagi. Coba aku gendong dan ayun-ayun , masih terus menangis.
Dan tiba-tiba saja pintu rumahku digedor orang. Aku takut sekali. Â Aku bukakan pinu. Beberapa oramg menggotong suamiku ke dalam rumah. Dia sudah tiada. Aku hanya diam membisu. Dan tiba-tiba saja bayiku juga terdiam. Sunyi malam itu menjelang pagi. Entah masa depan apa lagi yang harus aku hadapi. Semua gelap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H