Aku masih berdiri di terminal . Jantungku berdetak sangat cepat. Aku merasakan tubuhku bergetar keras karena ketakutan. Aku mencubit lenganku dan terasa sakit. Ini memang kenyataan bukan mimpi. Ini nyata dan benar-benar aku alami sendiri.
"Neng, gak apa-apa, mukanya pucat, sakit?" tanya pria yang berada di sebelahku.
"Gak, aku baik-baik saja kok."
"Makasih,"tukasku. Â Aku melirik bus yang tadi membawa diriku tiba-tiba saja sudah menghilang . Aku menyapu seluruh terminal Cicaheum yang tak begitu luas. Tetap saja bus yang aku tumpangi memang tak ada. Jadi aku tadi naik bus apa?
Aku biasa memilih bus "Ama Jaya " kalau pergi ke Bandung. Bus yang memang cukup nyaman untuk perjalanan yang cukup jauh. Jadi pagi setelah subuh aku menunggu bus di jalan By Pass. Dan dari kejauhan aku melihat bus Ama Jaya yang berwana merah sudah terlihat. Saat aku memberi tanda kalau aku mau naik, bus itu berhenti di hadapanku.
Saat aku naik terlihat penumpang bus sudah hampir penuh. Untungnya aku dapat di baris ke 5 dan bersama diriku ada ibu-ibu yang membawa anaknya yang masih kecil. Karena aku bangun pagi sekali, aku mulai terlelap saat bus sudah jaaln. Terlihat bus sudah tak mencari penumpang lagi karena bus sudah penuh. Saat aku terbangun aku sudah sampai daerah Tanjung Sari. Ternyata aku tidur lama sekali. Tahu-tahu sudah hampir sampai lagi.
"Ini anaknya bu?" tanyaku pada ibu di sebelahku, Ah, daripada aku gak aad teman ngobrol aku ajak saja ibu ini ngobrol agar aku merasa ada teman .
"Iya." Lalu ia mulai bercerita tentang anaknya yang sakit, mau dibawa berobat ke Bandung, karena di Cirebon belum ada alatnya.
Saking asyiknya aku mendengarkan ibu itu bercerita , aku tak begitu memperhatikan suasana dalam bus . Saat hampir sampai terminal Cicaheum, kondektur berteriak kalau bus sudah sampai di terminal. Tapi tiba-tiba saja suasana dalam bus meremang . dan aku melihat ibu di sebelahku berubah menjadi tengkorak , begitu juga anaknya. Ak terkejut. Hampir  aku berteriak tapi aku berdiri dan aku ingin mencari pertolongan. Saat aku berdiri, aku terkejut karena semua penumpang adalah tengkorak-tengkorak hidup. Mereka saling bicara satu sama lainnya. Tubuhku mulai bergetar hebat. Keringat dingin mengalir.
"Pak, turun saja di sini, gak usah masuk terminal." Supirnya menoleh dan aku melihat wajahnya yang rusak. Aku menjerit dan berusaha membuka pintu bus tapi terkunci. Aku mulai ketakutan. Aku histeris dan mengguncang-guncang pintu agar terbuka. Tapi semua sia-sia saja. Bus masuk ke dalam terminal dan mulai menepi di tempat jurusan Cirebon -- Bandug. Pintu mulai terbuka, aku bergegas keluar. Aku mengatur nafasku yang tersengal karena takut. Tapi saat aku melihat bus, busnya sudah tak ada lagi. Busnya menghilang. Aneh tapi nyata.
Sudah beberepa kali aku mencari bus tadi ternyata memang gak ada. Aku sedikit linglung sehingga banyak orang yang memperhatikan diriku. Jangan-jangan mereka menganggap diriku gila.
"Pak, lihat bus Ama Jaya ?"
"Busnya  belum ada yang datang."
"Tadi ada di sini," tukasku ngotot.
"Tapi neng lihat gak? " laki-laki itu melihatku dengan pandangan aneh. Aku melangkahkan kakiku. Aku tak perlu lagi menyelidiki. Kalau aku ceritapun siapa yang akan percaya. Jangan-jangan aku dianggap orang gak waras. Peristiwa ini biarlah aku simpan dalam memoriku, kalau aku pernah naik bus hantu bersama arwah-arwah entah siapa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H