Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Balada Penari Sintren

28 Juni 2019   02:24 Diperbarui: 29 Juni 2019   07:10 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tahu cara membebaskan kamu untuk tak lagi menjadi penari."

"Bisa?" tanyaku sangsi.

"Bisalah." Sambil membisikan sesuatu di telingaku. Sementara waktu aku masih menari-nari. Aku terkejut. Jadi aku bisa gak jadi penari lagi dengan cara kamu membawa rohku .

"Gak, aku gak mau." 

Aku mulai ketakutan. Tarianku semakin gila. Penonton semakin suka dan mulai bertepuk tangan. Tapi kekuatan dalam tubuhku mengajakku untuk pergi. Aku tak mau, aku mulai berusaha menyadarkan diriku tapi hanya pawanglah yang bisa. Aku mendekati pak Soleh tapi dia tetap komat kamit membacakan mantra. Tiba-tiba saja penonton ada yang melemparkan sesuatu yang menyebabkan aku pingsan. 

Dan pawang yang akan membangunkanku. Waktu pak Soleh mau membangunkanku, roh yang masuk dalam tubuhku malah menarik rohku.

"Jangan, aku tak mau. Aku masih mau ketemu orang tuaku." Aku mulai menangis. Aku melihat pak Soleh tubuhnya bergetar berusaha untuk membangunkan aku tapi roh itu menarik rohku. 

Tiba-tiba saja tubuh pak Soleh terlempar kuat ke belakang. Semua penonton menjerit. Ibuku mendekatiku dan berusaha membangunkan aku. Tapi aku tak bangun lagi. Rohku sudah pergi bersama roh lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun