"Aku tahu cara membebaskan kamu untuk tak lagi menjadi penari."
"Bisa?" tanyaku sangsi.
"Bisalah." Sambil membisikan sesuatu di telingaku. Sementara waktu aku masih menari-nari. Aku terkejut. Jadi aku bisa gak jadi penari lagi dengan cara kamu membawa rohku .
"Gak, aku gak mau."Â
Aku mulai ketakutan. Tarianku semakin gila. Penonton semakin suka dan mulai bertepuk tangan. Tapi kekuatan dalam tubuhku mengajakku untuk pergi. Aku tak mau, aku mulai berusaha menyadarkan diriku tapi hanya pawanglah yang bisa. Aku mendekati pak Soleh tapi dia tetap komat kamit membacakan mantra. Tiba-tiba saja penonton ada yang melemparkan sesuatu yang menyebabkan aku pingsan.Â
Dan pawang yang akan membangunkanku. Waktu pak Soleh mau membangunkanku, roh yang masuk dalam tubuhku malah menarik rohku.
"Jangan, aku tak mau. Aku masih mau ketemu orang tuaku." Aku mulai menangis. Aku melihat pak Soleh tubuhnya bergetar berusaha untuk membangunkan aku tapi roh itu menarik rohku.Â
Tiba-tiba saja tubuh pak Soleh terlempar kuat ke belakang. Semua penonton menjerit. Ibuku mendekatiku dan berusaha membangunkan aku. Tapi aku tak bangun lagi. Rohku sudah pergi bersama roh lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H