Waktu kegiatan anak-anak dari komunitas anak Circle of Happiness datang salah satu teman saya dari komunitas Sanggar Lingkungan Hijau. Kang Adhi namanya. Kang Adhi ini pintar memainkan alat musik tradisional yang dikenal dengan sebutan karinding. Karindingnya dibuat dari bambu. Di komunitas anak inilah kang Adhi memberikan edukasi tentang alat musik karinding.
Karinding adalah alat musik tradisional dari tanah Sunda. Beberapa tempat yang suka membuat karinding seperti di daerah Citamiang, Tasikmalaya, Malangbong dan Cikalong Kulon.Â
Di daerah ini karinding dibuat dari pelepah daun kawung (enau). Sedang di Limbangan dan Cililin dibuat dari bambu. Untuk karinding yang terbuat dari bambu bentuknya lebih kecil dan memanjang seperti susuk sanggul.Â
Biasanya yang banyak menggunakannya adalah perempuan. Seperti susuk sanggul makanya suka ditusukan di sanggul rambut. Untuk karinding yang terbuat dari kawung lebih pendek dengan tujuan agar mudah disimpan di tempat tembakau dan banyak digunakan oleh pria.
Sejarah Karinding
Awalnya karinding ini digunakan untuk petani untuk menghibur diri dari kelelahan atau mengusir sepi. Sehingga suka dibawa ke ladang. Sambil beristirahat mereka membunyikan karinding ini. Dan ternyata karinding juga bisa digunakan untuk mengusir hama di ladang. Hal ini karena bunyi karinding menghasilkan gelombang low decibel yang bisa membuat hama menjauhi ladang.
Pada perkembangannya karinding tidak hanya digunakan di ladang sebagai pengusir hama atau untuk menghibur diri, tapi digunakan juga untuk upacara adat atau ritual. Dan di kalangan anak muda karinding ini digunakan untuk memikat lawan jenis. Pada saat hajatan atau ada gerhana bulan karinding ini dimainkan.Â
Sejak awal tahun 2000-an, alat musik karinding ini mulai populer. Dan punya magnet baru dengan terbentuknya Karinding Attack. Dan alat musik ini sudah banyak digemari dan mulai menyebar ke beberapa daerah lainnya.
Filosofi yang ada dalam karinding adalah karinding diciptakan sebagai pedoman pengelolaan alam dan lingkungan dan masih dipegang sampai sekarang. Makanya harus diwariskan.
Cara memainkan karinding tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama bagian tempat untuk memegang karinding atau bagian pacepengan. Kemudian ada jarum tempat keluarnya nada dikenal dengan cecet ucing atau ekor kucing, ini bagian keduanya. Dan bagian ketiganya bagian pembatas jarum dan bagian ujung yang dikenal dengan panenggeul atau pemukul.Â
Karinding disimpan dimulut yaitu bagian tengah karinding dan bagian pemukulnya ditepuk biar terbentuk resonansi suara sehingga bagian jarum bergetar. Getaran inilah yang menghasilkan suara yang tergantung dari bentuk rongga mulutnya, kedalaman resonansi, serta tutup buka kerongkongan atau hembusan atau tarikan nafas.Â
Biasanya dimainkan solo atau grup antara 2- 5 orang. Ada 4 jenis nada yang bisa dimainkan pada alat musik ini seperti tonggeret, gogondangan, rereogan dan iring-iringan.
Fungsi alat musik karinding pun berbeda tergantung dari masanya. Zaman dulu karinding diberikan ke anak kecil dengan harapan anak kecil tersebut memahami getar yang dihasilkan karinding.Â
Bagi anak kecil karindang digunakan sebagai alat permainan saja. Setelah dewasa karinding digunakan sebagai bahasa pergaulan maupun menarik lawan jenis. Bahkan setelah menikah, karinding jadi alat musik pertanian yang akan terus mewarnai kehidupan mereka sebagai petani. Jadi alat musik ini digunakan untuk permainan, pergaulan, dan alat pertanian.Â
Dari sini akan muncul ekspresi estetis. Dan zaman sekarang setelah karinding dikenal lebih banyak digunakan sebagai ekspresi estetisnya dan fungsi yang dulu sudah hilang karena banyak lingkungan yang berubah.
Memang alat musik ini bisa dipelajari walau awalnya pastilah sulit. Tapi menguntungkannya sangat mudah untuk dibawa kemana-mana karena bentuknya yang kecil dan ringan. Sehingga kapanpun ingin memainkannya lebih mudah. Beberapa yang aku lihat sering memainkan karinding sambil duduk di teras rumah atau di taman sambil duduk-duduk santai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H