Batang pohon maja terdapat guratan-guratan yang tampak jelas terlihat sehingga tampak terlihat sebagai pohon yang sudah tua. Buahnya berbentuk bulat dengan kulit yang berwana hijau tapi daging buahnya tak enak untuk dimakan.
Tempurung buahnya yang keras yang dimanfaatkan untuk membuat perkakas rumah tangga.Jadi teringat tentang kerajaan Majapahit ternyata berasal dari buah maja yang pahit sehingga menjadi Majapahit. Dan buah maja yang langka menjadi nama kota Majalengka,begitu juga dengan kota Mojokerto.
Meski rasanya pahit tapi punya khasiat tertentu. Memang konon sesuatu yang rasanya pahit pasti punya manfaat untuk obat.
Maja ini bisa digunakan untuk pengobatan diare,meredakan lambung bengkak,menyembuhkan gatal-gatal pada kulit, mengatasi sembelit dan untuk kecantikan karena bisa melembutkan dan menghaluskan kulit. Karena buah maja ini kandunagn viamin Cnya tinggi. Dimana vitamin C penting untuk pembentukan kolagen. Kolagen sendiri berguna untuk menjaga elasistas kulit dan menjaga kelembutan kulit.
Sebetulnya buah yang dikenal dengan buah maja itu sebetulnya bernama buah berenuk tapi masarakat sudah familiar dengan buah maja.
Awalnya ditanam di benua Amerika sehingga tanaman ini bukan asli tanaamn Indonesia. Tanaman ini bisa masuk ke Indonesia lewat bangsa Belanda dan Portugis. Dan saat itu belum ada kerajaan Majapahit yang dinamakan berasal datri buah maja yang pahit.
Jadi buah maja yang asli seperti apa? Berdasarkan Wikepdia buah maja itu termasuk suku jeruk-jerukan dan punya aroma harum dan rasanya manis. Tapi entahlah mana yang benar, karena banyak cerita mitos dan legenda yang berhubungan dengan buah maja ini.
Di sisi lain aku bersyukur bisa melihat pohon maja . Selama ini hanya tahu dari buku dan bacaan pelajaran saat sekolah dulu. Pohonnya tinggi dengan daun yang rindang . Buahnya bergelantungan begitu banyak. Akhirnya secara tak sengaja bisa melihat sendir pohon maja. Kekayaan flora Indonesia yang harus dipertahankan karena ternyata pohon maja ini jarang ada banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H