Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Masih Adakah Cinta (2)

16 September 2017   03:12 Diperbarui: 16 September 2017   03:20 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://flipersshop.com

 Sederhana bukan???? Tapi hal yang sederhana ini luput dari pandangan mama. Mama pikir dengan membelikan aku mainan yang mahal dan keluaran terbaru bisa membuatku bahagia. Gak!!!! Malah aku tambah kesepian. Galihlah pelipur laraku saat aku ingin bisa bermain. Jadi apa yang tak dimiliki Galih, aku dengan suka hati memberikan pada Galih. Walau bi Sum suka melarang tapi aku kadang merasa berhutang budi padanya.

            Aku menyeruput susu buatan bi Sum dan sekerat roti. Aku melirik jam dinding, sudah jam enam lebih. Aku harus bergegas pergi ke sekolah kalau gak bakal terlambat. Jalanan kota Bandung macet apalagi saat pagi dimana banyak anak yang sekolah dan pekerja mau bekerja.

            "Karin, besok sore mama diundang tante Ina ke rumahnya." Aku mengerutkan dahiku. Siapa tante Ina itu????

            "Itu teman mama yang baru pulang dari Amerika. Tante Ina mau merayakan kepulanganya ke Indonesia dan mama mau mengajak kamu." Aku menunjuk diriku di hadapan mama dan menatap heran , mama.Tak biasanya mengajak aku ke undangan teman-temannya.

            "Aku?" tanyaku sangsi.

            "Iya, mama mau mengenalkan kamu dengan anaknya tante Ina. Pasti kamu suka dengannya. Kamu bisa nanya-nanya tentang sekolah di sana," tukas mama. Sebelum aku keluar dari ruang makan, mama memberitahuku lagi kalau hari ini mama mau beli baju untukku pergi ke undangan tante Ina. Aku menghela nafas . Lelah . Mama itu egois yang dia pikirkan hanya kepentingan dirinya, apa mama pernah memikirkan diriku???  

"Sekarang mama memaksa aku ikut dengannya tanpa menanyakan apakah aku bersedia atau tidak. Tapi langsung saja mama menyuruhku, bahkan bajupun sudah mama siapkan. Aku tahu, mama pasti tak mau kalah dilihat temannya. Anaknyapun harus tampil sempurna.Aku menuju mobil  dengan perasaan kesal. Pak Sapri sudah berdiri di depan pintu siap untuk membukakan pintu. Aku melihat Galih mau keluar dari gerbang, sepertinya dia baru minta uang pada bi Sum.

            "Galih, tunggu," teriakku.

            "Kamu naik angkot? Kan arahnya sama dengan arah sekolahku. Aku naik angkot saja barengan kamu ya," pintaku. Galih menatapku lama, agak ragu dia mengijinkan aku untuk ikut dengannya.

            "Diijinkan gak sama mamamu?"  Ah, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku menyuruh pak Sapri ke sekolahku tanpa aku. Aku naik angkot bareng Galih.

            "Nanti bapak dimarahi nyonya,"elak pak Sapri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun