Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemerdekaan RTC] Agen Rahasia

17 Agustus 2016   03:19 Diperbarui: 17 Agustus 2016   03:58 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu aku sudah punya janji dengan mbak Prita. Mbak Prita memang ditugasi aku untuk mengurusi pernikahan aku . Mbak Prita mau mengajak aku berdiskusi untuk persiapan pernikahanku. Mbak Prita ingin penikahan aku sempurna. Ah, mbak Prita memang selalu baik padaku. Dia memang sudah aku anggap sebagai kakaku sendiri. Dia selalu ada kalau aku mau cerita tentang segala hal, baik suka maupun duka. Malah saat sedih , mbak Pritalah yang selalu ada untukku. Akhirnya aku akan melepaskan status jombloku yang terlalu panjang untuk ukuran perempuan . Kupingku sudah cukup panas mendengar banyak orang yang selalu nyinyir tentang kesendirianku. Tapi apa peduli mereka??? Gak ada!!! Toh setelah aku kini punay pendamping, mereka tetap  nyinyir dengan pernikahanku. Bukannya mereka turut bahagia  akhirnya aku menikah. Tapi mereka malah mengungkit-ngungkit ketidakjelasan pasanganku. What!!!!!. Bagiamana mereka sibuk mengurusi orang lain yang bukan saudaranya????. Mengapa mereka harus mengungkit-ngungkit keberadaan mas Aji??? Katanya dia tak punya keluarga, dia tak jelas asal usulnya???? Ah, sebodo dengan semuanya. Apa peduli mereka dengan kehidupanku????

Aku mengenal mas Aji di suatu pertemuan di sebuah hotel di Bandung. Mas Aji tampak gagah dengan setelan jas hitamnya. Aku bisa jatuh cinat pada pandangan pertama, padahal aku termasuk perempuan yang sulit jatuh cinta.

“Hai ,” sapanya. Aku terpana. Aku tak akan membuang waktuku untuk soal menjaga gengsi. Aku lambaikan tangan dan mendekatinya.

“Angel,”tukasku sambil aku genggam jemari tangannya. Ada desir di hatiku, sungguh aku telah jatuh cinta. Hatiku bersorak saat mas Aji mengajak aku ketemuan lagi. Dan mulailah pertemuan-pertemuan selanjutnya yang akhirnya benar-benar bisa menautkan dua hati. Dua hati menjadi satu. Walau aku tahu mas Aji tak punya keluarga besar. Menurutnya dulu di kampungnya terjadi perang antar kampung yang menewaskan semua anggota keluraganya. Dia bisa melarikan diri dari desanya menuju desa lain yang lebih aman. Dan inilah yang akhirnya diributkan oleh kaum nyinyir .Kata mereka, mana ada perang antar desa??? Sekarang semua desa sudah dilengkapi dengan keamanan yang canggih. Dengan teknologi mutakhir. Semua dipantau dalam ruangan yang terdapat di kantor desa.Apa mungkin ada perang ????  Aku melihat mas Aji tak pernah berbohong padaku, dia termasuk pemuda yang sederhana dan apa adanya.

“Biarlah mungkin mereak iri Angel,”tukasnya suatu hari saat aku mulai mengeluh. Walaupun sebelumnya aku juga mengalami keraguan saat mas Aji melamarku pada orangtuaku. Banyak ketidakjelasan mengenai keluarganya, tapi mas Aji bisa meyakinkan orangtuaku untuk itu. Aku? Ha, namanya cinta....

Kini aku akan menikah.Bahagia sedang menghampiriku. Aku lupa mengamati mas Aji. Justru mbak Prita yang mengingatkaku sat aku berdiskusi tentang persiapan pernikahanku.

“Angel, kau lihat perubahan mas Aji?? Tampaknya dia selalu muram??”

“Ah, masa sih?” Saat mbak Prita bertemu dengan mas Aji katanya mas Aji lebih banyak diam   dan sering melamun .Dan sering tergagap saat mbak Prita mengajaknya membicarakan pernikahan yang persiapannya tinggal menghitung hari. Akhirnya setelah dari mbak Prita aku mengontak mas Aji. Beberapa kali aku menelpun selalu nada sibuk. Aku mulai kawatir. Sore itu juga saat aku tak bisa menelpon mas Aji, aku sempatkan datang ke tempat kosan. Sepi, sepertinya mas Aji belum datang dari kantor.

“Eh, mbak mau cari mas Aji ya?” Aku mengangguk

“Sudah lima hari ini mas Aji pergi, katanya ada urusan mendadak.” Aku terdiam, dan begitu kaget tahu kalau mas Aji pergi untuk urusan penting tanpa memberitahu aku.

“Makasih pak, aku pamit dulu.” Aku berpamitan pada tetangga mas Aji dan sambil berpikir keras. Kemana mas Aji pergi???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun