Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semilir Panas Tuan Angin

16 Juni 2023   13:55 Diperbarui: 16 Juni 2023   14:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://pin.it/1PxO3QC

"Ah, sedikit lagi. Apakah kau butuh teman minum teh?"

Aku tersenyum. "Mampirlah ke toko sejenak. Akan aku panggang biskuit kesukaanmu sebagai teman minum teh," pintaku yang dihadiahi senyuman darinya.

"Tentu. Tawaran manis itu tak boleh kulewatkan."

Aku segera membuka toko dan menyiapkan bahan untuk membuat biskuit gandum. Ini adalah kali kedua Tuan Angin berkunjung, ah, lebih tepatnya kuundang ke toko.

Tidak butuh waktu lama, lima keping biskuit telah selesai kupanggang. Dua cangkir teh pun kusuguhkan bersama sepiring biskuit. Kami duduk bersama di samping dinding bening sembari bercerita banyak hal. Sesekali aku tertawa akan lelucon yang dibuatnya. Begitu pula dengan sengatan listrik yang kerap menjalar di dalam tubuh saat mendengarnya menyebut namaku.

Aku mengalihkan pandangan ke arah luar kaca dinding. Semburat kuning keemasan telah melukis langit yang bersih, menghiasi pagi yang cerah tanpa awan. Sepertinya, Tuan Awan tengah mudik ke Selatan. Orang-orang membicarakannya kemarin.

"Bagaimana kehidupanmu selama satu purnama ini, Duksanana?" tanya Tuan Angin membuat pipiku menghangat.

"Aku ... baik-baik saja." Aku menunduk, mencoba menyembunyikan wajah yang mungkin saja sudah bersemu merah.

"Aku senang memiliki teman sepertimu. Dulu, sebelum bertugas di kota ini, aku juga menemukan teman baik sepertimu di Utara."

Aku menyelami binar mata Tuan Angin yang tengah menerawang jauh. Sepertinya, ia tengah mencuil sedikit demi sedikit kenangan di masa lalu. Aku memahaminya sebab kerap melakukan hal yang sama kala celengan rindu akan dirinya semakin penuh.

"Dia berbeda denganmu. Dia tak banyak bicara, tapi kerap memberi perhatian lain kepadaku dengan caranya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun