Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Pelaku UMKM Butuh Praktik Intrapreneur Menuju Entrepreneur

10 November 2022   16:01 Diperbarui: 10 November 2022   16:04 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis dalam Workshop pengelolaan sampah sebagai wujud dasar intrapreneur. Sumber: DokPri

"Mutiara tidak terletak di tepi pantai. Jika kamu menginginkannya, kamu harus menyelam untuk mendapatkannya."

Sebagaimana tema yang ada yaitu Transformasi BRI Bawa UMKM Naik Kelas, penulis ingin mengusulkan dalam momentum HUT127BRI untuk sinergi program peningkatan sumber daya manusia (SDM) pelaku UMKM serta praktek intrapreneur untuk bekal menjadi pengusaha tangguh atau entrepreneur.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan pilar penting dalam perekonomian Indonesia sebagai salah satu penggerak roda ekonomi nasional. Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998, UMKM berkontribusi positif dalam menyelamatkan ekosistem ekonomi Indonesia.

Selain itu, kehadiran UMKM juga dapat menyerap tenaga kerja sehingga membantu pemerintah mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. 

Juga majunya UMKM dapat mengurangi arus urbanisasi. Semakin banyak UMKM tumbuh di desa-desa, maka roda ekonomi akan berputar dipedesaan. Sehingga kota metropolitan bukan lagi menjadi tumpuan untuk mencari nafkah. 

Baca juga: Bisnis Start-Up Banyak Mati Suri, Intrapreneur Solusinya?

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM bahwa perkembangan terakhir per Juni 2022, sudah 19,5 juta pelaku UMKM atau sebesar 30,4 persen dari total UMKM telah hadir pada platform e-commerce.

Termasuk pantauan penulis melalui survey Yayasan Kelola Sampah Indonesia (Yaksindo) Surabaya, khususnya pasca Pandemi Covid-19 justru UMKM semakin bertambah.

Khususnya dalam jenis usaha rintisan atau startup dan mereka belum terdata dan butuh penguatan karakter sumber daya manusia menuju pengusaha handal. UMKM ini juga yang banyak stag saat ini, karena mereka tidak cukup mental sebagai pengusaha. 

Fakta bahwa UMKM menjadi tumpuan ekonomi bangsa Indonesia dalam kondisi terpuruk. Justru ekonomi Indonesia bertahan masa resesi, bukan karena dukungan usaha konglomerasi, tapi karena daya tahan banting UMKM.

Penulis dan UMKM di Deli Serdang, Sumatera Barat. Sumber: DokPri
Penulis dan UMKM di Deli Serdang, Sumatera Barat. Sumber: DokPri

UMKM Butuh Program Intrapreneur

Banyak UMKM berdiri karena pelakunya hanya miliki semangat tanpa dasar kuat mental bisnis atas Sumber Daya Bisnis dan khususnya belum memahami pentingnya memiliki jiwa pengusaha itu sendiri. 

Minimal langkah pertama memahami bahwa bisnis itu adalah sebuah pilihan, banyak UMKM berdiri karena hanya kecelakaan, karena tidak diterima menjadi pegawai negeri. Ini yang banyak bermasalah, karena dunia bisnis hanya sebagai alternatif bukan pilihan. Ujung usahanya macet.

Pemerintah harus menangkap situasi ini agar jadikan momentum untuk mengarahkan sekaligus melatih mereka dalam mengenali dirinya sebelum terjun ke dunia usaha. Khususnya Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Tenaga Kerja harus kolaborasi menuntun dan menata UMKM ini. 

Baca juga: Koperasi Sampah Penggerak Circular Ekonomi Indonesia Bersih

Inilah mereka perlu dibekali sebuah ilmu terapan di perusahaan-perusahaan yang bisa menerapkan pola intrapreneur sekaligus calon-calon pengelola UMKM dibantu untuk menemukan jati diri mereka, agar kelak menjadi pengusaha (entrepreneur) yang tidak cengeng. 

Orang yang berjiwa entrepreneur berani mengambil risiko besar untuk menjadi pemimpin pasar. Sementara intrapreneur adalah individu yang merealisasikan idenya pada perusahaan milik orang lain.

Namun, intrapreneur bisa menjadi pemimpin perusahaan kelak. Dengan demikian, entrepreneur berstatus sebagai pemilik bisnis, sedangkan intrapreneur merupakan karyawan (sementara) sebuah perusahaan atau bisnis yang sementara tempat mereka berpraktek, itu arti sederhananya.

Penulis dalam Workshop pengelolaan sampah sebagai wujud dasar intrapreneur. Sumber: DokPri
Penulis dalam Workshop pengelolaan sampah sebagai wujud dasar intrapreneur. Sumber: DokPri

Dalam kenyataan di lapangan selain tumbuhnya UMKM secara cepat dan masif, juga seiring dengan jatuhnya atau stagnya usaha mereka. Karena umumnya para pelaku usaha UMKM, tidak memiliki dasar moral yang kuat sebagai usahawan.

Padahal mental dasar mereka sudah ada, mereka sesungguhnya tahan gempuran, tidak cengeng. Namun masih dominan berpikir bahwa mereka susah tumbuh berkembang karena kekurangan atau tidak adanya modal yang cukup. Ini yang perlu diluruskan paradigmanya kepada para pelaku UMKM.

Membaca fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa, para pengelola UMKM belum memiliki jiwa usaha (entrepreneurship) yang harus tertanam dan ditanamkan pada mereka, agar mampu bertahan ditengah persaingan. Ini menjadi PR bagi kita semuanya.

Baca juga: Marketplace PKPS; Platform Bisnis Sampah Model Koperasi Multi Pihak

Mereka perlu dibekali jiwa bisnis dan fungsi jejaring dan kelembagaan yang paten agar bisa berhubungan dengan sumber pendanaan, baik bantuan murni swasta, perbankan dan non bank. BRIPahlawanFinansial bisa masuk ditengah kesenjangan ini, mereka para pelaku UMKM butuh penguatan atau pengayaan manajemen sebelum diberi modal. 

Selain para pelaku UMKM dibekali pengenalan diri sebagai pengusaha yang harus bermental handal, juga seharusnya difasilitasi oleh Kementerian Tenaga Kerja agar diberi praktek atau program intrapreneur (magang atau vokasi) sebelum mereka menjadi entrepreneur sejati.

Dalam momentum HUT127BRI ini diharapkan peran serta transformasi BRILianpreneur sangat strategis dan tentu harus dapat dukungan dari pemerintah cq: Kementerian Koperasi dan UKM, turut serta membina para pengelola UMKM agar memiliki jiwa ulet dan tekun sebagai seorang pengusaha.

Penulis dan UMKM di Dieng Wonosobo, Jawa Tengah. Sumber: DokPri
Penulis dan UMKM di Dieng Wonosobo, Jawa Tengah. Sumber: DokPri

Pembinaan yang diharapkan dalam pengembangan usaha UMKM ini berupa pemberian pelatihan dalam program produktifitas dengan sebuah program yang bekerja sama Kementerian Tenaga Kerja berupa Achievement Motivation Training (AMT), agar tangguh dalam menghadapi kompetisi usaha UMKM dalam mencapai BRIPahlawanFinansial.

AMT merupakan program pelatihan dalam menggali kemampuan diri (jati diri) yang diselenggarakan dengan bertujuan untuk menemukan potensi diri, terutama dalam meningkatkan motivasi berprestasi, untuk sebuah  landasan pacu dalam menciptakan dan membangun motivasi yang kuat, agar supaya lebih berprestasi.

Begitu pentingnya pelaku usaha UMKM ini diberikan penyegaran atau pelatihan AMT, agar mereka bisa memahami bahwa sesungguhnya dalam berusaha itu, bukanlah karena tidak adanya modal (baca: uang) yang menjadi penghambat kegagalan sebuah usaha.

Baca juga: Bisnis Potensial UMKM Minim Modal Anti Resesi, Memiliki Manfaat Ganda

Modal bisa disebut sebagai faktor ke sepuluh dari sebuah kegagalan dalam berusaha. Faktor pertama adalah "bisnis merupakan sebuah pilihan dan bukan pelarian atau alternatif" untuk menjadi pengusaha sukses agar konsisten dan berintegritas dalam menjalankan usaha.

Kalau seorang pengusaha sudah memiliki mental atau jiwa pengusaha yang kuat (entrepreneurship), maka pasti akan tahan banting bila menghadapi masalah dalam menjalankan bisnisnya. Pantang menyerah dan mengeluh dalam mengejar sebuah target bisnis agar menjadi pelopor BRIPahlawanFinansial.

Karena berapapun modal yang dimiliki atau bagaimanapun besarnya support pihak perbankan, juga akan gagal tanpa moral dan jiwa bisnis kuat tersebut. Karena dengan jiwa bisnis yang baik, akan melahirkan sebuah kedisiplinan dalam memanage usaha dan keuangan agar menjadi BRILianpreneur yang tangguh.

Diharapkan kepada BRI di dalam HUT127BRI bisa melakukan transformasi pembentukan jiwa tangguh para pelaku UMKM dengan memberi pelatihan produktifitas sebelum diberikan bantuan permodalan agar mereka disiplin dalam mengelola dana yang diterimanya untuk kemajuan usaha serta berkesinambungan.

Bagaimana pendapat Anda?

Jakarta, 10 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun