Sebuah strategi politik yang sangat kaku dalam menentukan bakal capres atau cawapres. Terbaca untuk memuluskan langkah Puan menuju capres.
Hak Prerogatif ini pertanda Megawati masih meragukan loyalitas kadernya sendiri. Ada keraguan kader nantinya memilih selain Puan, Ganjar.
Jadi demi mengamankan keputusannya, terlebih dahulu mengeluarkan sebuah keputusan melalui Rakernas, biar terkesan ada musyawarah atau bukan karena ada rekayasa strategi.
Strategi yang dilakukan oleh Megawati yang tentu didukung oleh elit PDI-P yang dekat dengan Megawati, sangat keliru dan terkesan konvensional. Sangat kasar dan ambisius untuk mendorong Puan menjadi capres dari PDI-P.
Seharusnya melalui strategi "setting" penjaringan, jadi tetap kelihatan ada terjadi demokrasi. Pada penjaringan itulah tempatnya bergerilya menjual Puan.
Juga dengan pola penjaringan, tetap memberi ruang kader lain dan khususnya Ganjar untuk berjuang di penjaringan agar bisa terpilih. Jadi tidak terlalu kasar mematikan langkah Ganjar, dengan strategi kasar melalui hak prerogatif.
Karena kalau pola "Hak Prerogatif" ini yang dijalankan oleh PDI-P, sama saja menutup kesempatan kadernya bersuara dan terlebih tertutup ruang karir yang lebih baik secara profesional untuk berkompetisi di internal.
Kecuali dengan cara pendekatan ekstra dengan Ketum PDI-P, tapi percuma juga karena jelas "darah biru" atau "keluarga" dekat Ketum Megawati yang tentunya akan dipilih, yang lain minggir dulu, bila bukan darah biru.
Bagaimana pendapat Anda?
Jakarta, 20 Oktober 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI