Suporter sekaligus penonton yang beli tiket, dalam sepak bola pasti ada judi. Ini semua pemicu amarah, karena pasti terjadi menang atau kalah.
Club ditegasi dengan kalimat himbauan, tentu susah untuk menenangkan suporter, karena club umumnya berhubungan dengan pemimpin suporter. Ya kaitan sebagai pembeli tiket.
Tanpa ada suporter, penonton sepak bola bisa tidak ada. Mau ketat dalam seleksi penonton, tiket tidak laku, karena hanya suporter harapan panpel habisi tiket itu. Suporter sampai bawa satu pleton keluarganya, anak kecilpun dibawa.
Karena masyarakat hobies secara umum yang cinta bola sudah takut nonton, trauma rusuh. Harapan panpel yang membeli tiket hanya suporter saja. Jadi manajemen PSSI dan Penerintah yang lemah.
Beri Saham Club Suporter
Kenapa di Indonesia selalu rusuh, ya semua diatas itu adalah pemicunya. Sebenarnya bisa diatasi dengan aturan atau sistem yang jelas, sistem bisnis dan kepemilikan dalam bisnis itu, sehingga rasa memiliki industri itu muncul.
Sepak bola adalah sebuah Industri, bisnis. Jadi sistem harus ada dan jelas. Siapa berbuat apa dan siapa dapat apa, agar terjadi kesejukan dalam sepak bola.Â
Itulah industri sepak bola yang kepemilikannya harus sertakan suporter. Bagaikan sebuah koperasi, suporter adalah anggota koperasi. Itu sebagai ilustrasi, agar mudah ditangkap substansi artikel ini.
Industri atau bisnis, maka untung rugi yang mengintai pelaksana. Namun karena sebuah industri maka mudah dibuat aturannya, ya aturan bisnis.
Kalau sanksinya hanya sepak bola tanpa penonton, itu konvensional dan tidak bikin jera. Tapi buat sistem yang bisa mematikan total bisnis pemilik klub bila ada rusuh. Jadi klub suporter bersama pemilik klub sepak bola bersama sebagai pemegang saham. Tingkatkan rasa kepemilikan, itu kuncinya.
Setop cara bisnis konvensional dengan cara ciptakan kesejukan (profesionalisme) agar penoton hobies non suporter bisa tertarik menonton, itulah bisnis dalam industri sepak bola.