Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Konvensional: Hanya Bung Karno Tak Salahkan Pendahulunya

29 September 2022   22:22 Diperbarui: 29 September 2022   22:32 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi menohok presiden berkuasa atau presiden sebelumnya (saling menohok), atau saling membuka aib, itu sama saja menohok diri sendiri alias dongo (Baca: bodoh) atau sama bodohnya.

Marilah berpolitik santun, politik itu suci. Jangan nodai politik itu dengan cara culas, politik menginginkan etika dan profesionalisme. Bila ingin dihargai dan berkharisma. Serta disukai oleh rakyat.

Kalau ada pekerjaan yang ditinggalkan presiden sebelumnya, maka bersyukurlah presiden baru. Bisa perlihatkan kemampuannya untuk memperbaiki atau menyelesaikannya.

Atau jangan sampai program itu masuk program jangka panjang bagi presiden lama, maka presiden yang baru harud lanjutkan tanpa harus memaki pejabat lama.

Walau kita sadari bersama bahwa memang hanya Ir. Soekarno atau Bung Karno yang tidak pernah menyalahkan presiden sebelumnya. Enam presiden sesudah Bung Karno sama saja qualitasnya, saling menohok yang tidak perlu.

Artinya cara pandang atau sikap berpolitik bamgsa Indonesia masih tradisional atau konvensional di era yang serba modern. Seharusnya tidak demikian lagi.

Artinya kita di Indonesia, semuanya masih perlu belajar berpolitik. Kita masih kolot dan bodoh dalam sikapi politik yang sesungguhnya. Seperti politik kampungan alias konvensional pada umumnya

Kenapa kelihatan bodoh berpolitik, karena akibat pemikiran yang kotor atau koruptif. Maka baik birokrasi maupun legislator, sama harus belajar produktifitas agar bisa memahami kelebihan dan kekurangannya.

Bagaimana pendapat Anda?

Jakarta, 29 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun