Ini menyangkut ketahanan nasional di bidang energi. Juga menyangkut kemandirian energi. Indonesia harus setop ekspor batu bara untuk dalam negeri.Â
Impor elpiji, semua sudah tahu, nomor dua terbesar yang membebani negara ini. setelah Impor BBM yang menjadi juaranya.Â
Kenapa bisa bertindak bodoh, ekspor batu bara lalu beli elpiji dan BBM. Ahirnya rakyat yang punya beban, dengan strategi politik "subsidi" kompor listrik.
Dua-duanya sebenarnya bisa diatasi oleh kemampuan kita sendiri. Dua-duanya tergantung keputusan kita sendiri.
Pakai batu bara, jangan ekspor. Karena ekspor pejabat yang bersangkutan dapat fee, sehingga ekspor batu bara dan impor BBM serta Gas, semua ada sukses fee. Itu korupsi namanya.
Problem kelebihan listrik di Jawa itu akan hilang sendiri mana kala pertumbuhan ekonomi membaik. Maka upaya memperbaiki ekonomi  adalah fokusnya.
Sayangnya fokus itu bisa buyar oleh datangnya tahun politik Pemilu dan Pilpres 2024. Suhu politik itu sangat tinggi dan mengalahkan panasnya BBM dan Gas itu sendiri.
Kalau kompor listrik, biarlah orang mampu dulu yang pakai, tidak usah dipaksa orang kurang mampu beli kompor listrik lagi. Kalau kasi gratis rakyat, bolehlah. Termasuk gratis listriknya.
Orang mampu daya listrik di rumah mereka sudah tinggi, jadi gampang beralih ke kompor listrik, tidak perlu tambah daya.
Program pergantian elpiji ke kompor listrik dimulai dari isu yang kurang simpatik adalah untuk mengatasi kelebihan listrik di Jawa. Isu sensitif yang dibuat sendiri oleh pemerintah.
Dengan isu itu seolah pergantian ini hanya untuk kepentingan PLN. Agar PLN tidak rugi. Agar PLN tidak dituduh salah dalam membuat perencanaan, sampai terjadi kelebihan pasokan. PLN mau selamat, tapi rakyat yang potensi buntung.