Baik dalam penanganan kasus internal Polri dan beking kasus-kasus, khususnya Judi dan Narkoba. Hal ini benar-benar dugaan kongkalikong, megakasus versus super body di tubuh Polri yang sudah super body.
Megakasus atau kasus-kasus besar itu hampir semua pernah ditangani Satgassus Merah Putih Polri dibawah kepemimpinan Sambo dan dimana Brigadir Yoshua pernah bertugas di tempat tersebut bersama Sambo.
Diduga setiap tahunnya, diperkirakan Sambo Cs atau para kroninya menerima uang setoran bermilyar-milyar atau triliunan rupiah, nah kemana saja duit itu.Â
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) harus turun tangan melacak sirkulasi dana-dana tersebut mulai dari Mabes Polri, Polda, Polres, Polsek serta institusi lainnya di luar Polri yang terkait dengan megakasus tersebut.
Kalau memang benar ada sumber dana dari bekingan kejahatan itu, tidak mungkin Sambo sendiri menikmatinya dan pasti ada kerjasama antar oknum Polri dan/atau institusi lain.
Disinilah nampak dalam Kasus Sambo itu puluhan polisi ikut terlibat membantu Sambo melakukan skenario tewasnya Brigadir Yoshua.Â
Nampak terbaca seakan oknum-oknum polisi itu tersandera, jadi ada semacam keterpaksaan di luar nalar mereka sendiri, harus ikuti perintah Sambo.
Sementara alasan Sambo membunuh Brigadir Yoshua, karena melakukan tindakan yang melukai harkat martabat keluarga Sambo.Â
Dari sanalah muncul skenario atau drama satu babak Sambo dengan melibatkan puluhan polisi dari berbagai jenjang kepangkatan.
Alasan pelecehan seksual ini tidak masuk akal, karena kenapa Sambo dengan susah payah harus menciptakan sebuah skenario dadakan.
Alibi dadakannya skenario itu, nampak Sambo dan oknum polisi lainnya nampak lugu atau terlalu bodoh menciptakan dan melakonkan drama satu babak yang murahan itu.