Nabi Muhammad Saw bersabda, "Siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka." (HR. Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudruzi).
Bicara soal hobi, merujuk pada aktivitas yang kita suka lakukan saat senggang, sekali lagi saat senggang. Terlebih tidak mengganggu urusan yang perlu menjadi prioritas.
Kalau mengganggu urusan atau aktifitas utama dan merusak suasana lingkungan atau masyarakat sekitar kita, dalam atau luar rumah. Itu berarti sudah bukan melakukan hobi. Hobi terlepas dari sikap egoisme.
Inilah yang sering mendapat masalah dan dikaitkanlah dengan perlu tidaknya izin istri atau suami (pasutri).
Begitu pula hobi yang terhubung dengan prasarana dan sarana yang memerlukan biaya, jangan sampai mengganggu biaya hidup atau biaya yang lebih penting lainnya, demi memenuhi aktifitas hobi. Berarti semua itu bukan hobi.
Hobi adalah support sistem yang harus membawa kesejukan dan kebahagiaan rumah tangga dan lingkungan. Keluar dari pola tersebut, maka bukan hobi.
Mendahulukan waktu ataupun biaya terhadap aktifitas hobi dan aktifitas utama ini yang sering menjadi perselisihan dalam keluarga (pasutri). Maka perlu keseimbangan dan prioritas, disanalah pelaksanaan hobi yang kondusif.
Sepanjang mampu membuat cara yang berimbang atau keseimbangan hidup dan kehidupan (prioritas) maka melakukan aktifitas tambahan itulah yang pantas disebut hobi yang mendukung, bukan yang merusak keharmonisan keluarga. Apapun alasannya.
Kalau menggangu aktifitas utama daripada ruang dan waktu untuk aktifitas hobi dan juga mengganggu lingkungan berarti bukan hobi yang ideal untuk dipertahankan.Â
Harus segera ditinggalkan hobi itu, karena berpotensi merusak atau terjadi hal yang tidak diinginkan, inilah yang memerlukan izin.Â