Di satu sisi, pilih lokalisasi dibubarkan dan ditutup, di sisi lain, praktik industri seks yang dijajakan di tempat karaoke, panti pijat, hotel atau sauna, tetap beroperasi dari hari ke hari semakin bertambah dan bertambah, disana pula bersarang peredaran narkoba.
Di tempat hiburan - bagaikan wisata birahi - ini tempatnya beredar minuman keras impor, seks bebas, narkoba, judi berbaur jadi satu. Itu bukan hanya di Jakarta, tapi hampir terjadi di kota metropolitan lainnya seluruh Indonesia.
Yang pasti semua ada secara semi terbuka dan tertutup, sebut misalnya beberapa kota metropolitan di Indonesia. Surabaya, Medan, Makassar, Semarang, Batam, Palembang, Jabodetabek dan lainnya, jumlahnya selalu bertambah.Â
Itulah fakta dan potret eksistensi wisata birahi alias seks bebas sesungguhnya yang terjadi di Indonesia.
Apalagi Jakarta yang masuk kategori kota megapolitan, lebih besar perkembangan dan kegiatannya, walau tidak nampak dilindungi.Â
Namun sesungguhnya ada yang lindungi dan diduga aparat hukum ada didalamnya, ada oknum Polisi dan TNI.
Bisnis hiburan malam atau wisata birahi itu seakan berlomba membuka pintu dengan aneka menu seks spesial yang menggoda birahi lelaki hidung belang: dari kafe, bar, pub, karaoke, sampai klub.
Pub dan diskotek sudah menjadi ajang untuk kenikmatan semu "surga ekstasi, narkoba dan seks".Â
Karaoke sudah jadi private room untuk mendapatkan layanan spesial dari penari striptis, kencan seks one short time.
Wanita penghiburnya juga tidak tanggung-tanggung, ada perempuan pribumi dan impor.Â
Menjamurnya gadis-gadis impor adalah salah satu kiat sukses dan strategi yang dipergunakan tempat hiburan wisata birahi seks untuk memanjakan tamu-tamunya.