Musra menghadirkan Presiden Jokowi, yang akan digelar secara simultan mulai dari Bandung pada 28 Agustus 2022 dan akan dilanjutkan ke 33 kota lagi di 34 provinsi sampai awal Maret 2023, pekerjaan sia-sia karena maksudnya sudah terbaca akan mengawal Ganjar.
Musra Indonesia rencananya akan digelar untuk menjaring Capres dan Cawapres 2024-2029. Musra tersebut itu sah sah saja, tapi bukan seharusnya menjaring capres-cawapres. Terlalu melebar dan bias, karena relawan itu bukan partai politik (parpol).
Jadi Musra Indonesia itu terkesan terjadi kepanikan dari relawan-relawan Jokowi mendekati ahir pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Sindrom akan kehilangan posisi jabatan.
Baca juga:Â Inilah Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres 2024
Ganjar Keliru Strategi
Sangat jelas terbaca bahwa Ketua Umum PDI-P Megawati berbeda keinginan dengan Presiden Jokowi untuk endorse Ganjar Pranowo sebagai suksesor.
Megawati inginkan Puan Maharani, disinilah kelihatan pengaruh elitabilitas. Dimana think tank Ganjar tidak baca dan analisa hal elitabilitas yang ada di PDI-P.
Ahirnya karena pengaruh kekuatan Presiden Jokowi, maka sejak tahun lalu, Ganjar menggenjot sosialisasi, agar elektabilitasnya meningkat. Tapi semua percuma, Megawati atau PDI-P tidak reken elektabilitas Ganjar.
Prabowo saja kelihatan atau ada kecenderungan diabaikan oleh PDI-P, tapi bagi Prabowo bisa tenang karena punya elibilitas sendiri di Gerindra. Prabowo dalam keadaan darurat, tinggal komunikasi mendalam dengan PKB saja.
Ganjar lain soal dan bisa korban karena tidak punya partai, hanya membonceng atau dibonceng oleh Presiden Jokowi dan relawannya yang tidak punya Parpol.
Baca:Â Inilah KIB Perahu "Cadangan" Suksesor Presiden Jokowi di Pilpres 2024