"Biasakanlah untuk jujur, karena kejujuran itu menuntut kita pada kebaikan dan kebaikan itu menuntut kita pada keselamatan."
Sampah dalam stigma manusia, kotor tanpa manfaat lagi, ahirnya membawa manusia sebagai produsen sampah abai pada sampah itu sendiri. Karena terlebih dahulu memberi penilaian negatif.
Jadi sampah hanya stigma, sebagaimana pernah ditulis dalam artikel di Sampah Sebagai Stigma oleh kompasianer Fransiskus Nong Budi, jadi benarlah itu.
Okey, kita berdasar pada stigma demikian saja yaaaa. Maka kita manusia sebagai produsen sampah, bisa dan harus ambil manfaat dari sampah, harus memahami arti keberadaan sampah yang dapat berguna bagi hidup kehidupan.
Semua jenis sampah berguna bagi manusia. Termasuk manusia yang menjadi sampah, minimal kita bisa belajar daripadanya agar jangan berbuat negatif, jangan curang, jangan menjadi manusia pembohong seperti mereka.
Urus Sampah, Butuh Pikiran Positif
Kenapa sampah butuhkan sikap dan pikiran positif dari manusia? Karena dirinya (sampah, penulis) pada posisi negatif (kotor) itu dasar pijakannya.
Artinya dalam urusan sampah kita harus berpikir dan bertindak paradox (terbalik, penulis), yaitu positif. Agar ketemu tujuannya (positif dan negatif), positif dan negatif, sukses.
Itulah kunci sukses pengelolaan sampah, jangan berbohong dan bertindak negatif. Karena akan ketemu negatif, sesuai stigma kita sendiri, bahwa sampah adalah benda kotor atau negatif.