Sisi positif lainnya bagi Indonesia, bisa lebih termotivasi mengembangkan pertanian organik berbasis sampah, akibat kurangnya produksi pupuk urea dan setop distribusi pupuk organik subsidi ke petani oleh Holding PT. Pupuk Indonesia.
Baca juga:Â Pemerintah Cabut Subsidi Pupuk Organik, Ini Solusi Petani?
Bangun Pertanian Organik
Hanya Indonesia perlu segera berpacu dengan waktu untuk mengembangkan pertanian organik, dalam rangka meningkatkan produksi beras yang berkualitas. Serta tidak bergantung lagi dengan pupuk kimia.
Sebuah kode keras kepada pemerintah dan pemerintah daerah (pemda) serta seluruh masyarakat, bahwa adanya kelangkaan urea, pertanda Indonesia "dipaksa" segera meninggalkan pertanian konvensional yang mengandalkan pupuk kimia.Â
Perlu diketahui bahwa pertanian konvensional sangat tinggi biaya operasional dan hasil produksinya sangat rendah, juga pupuk kimia sangat merusak struktur tanah, menghilangkan unsur hara tanah. Tanah pertanian Indonesia sudah jenuh dengan pupuk kimia.
Baca juga:Â Sinergi Program Vokasi dan Tematik dalam CSR Sampah
Alhamdulillah Presiden Jokowi, melalui Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo sudah mencabut subsidi pupuk organik, penulis sudah lama berjuang untuk meminta pada pemerintah, agar mencabut subsidi pupuk organik tersebut.
Artinya dengan dicabutnya subsidi pupuk organik itu, maka peluang untuk seluruh daerah di Indonesia melakukan produksi pupuk organik sesuai kebutuhannya.
Tinggal petani ataupun masyarakat kota dicerdaskan dalam memproduksi pupuk organik berbasis sampah dan petani di edukasi cara menggunakan pupuk organik tersebut dengan benar.
Diharapkan seluruh pemda di 514 kota dan kabupaten Indonesia, termasuk para pengusaha dan/atau pengelola sampah di daerah-daerah agar menangkap peluang besar ini untuk melakukan produksi pupuk organik berbasis sampah.