Terlebih menyambut bonus demografi, tahun 2030 Indonesia diprediksi akan mencapai puncak bonus demografi. Momentum tersebut tentu harus dihadapi dengan persiapan yang matang, agar tidak terjadi bencana demografi.
Menurut perkiraan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappenas), pada tahun 2030 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif mencapai 64% dari total penduduk Indonesia.
Kondisi bonus demografi ditujukan ketika jumlah masyarakat usia produktif (15-64 tahun) lebih mendominasi dibandingkan masyarakat berusia non-produktif. Insan koperasi Indonesia harus ikut berkontribusi aktif.
Mari segenap pemangku kepentingan (stakeholder) Koperasi Indonesia, bersama kita membangun bangsa ini dengan memunculkan sikap negarawan yang ada kita miliki bersama, demi kepentingan atas nama kesejahteraan dan kemandirian rakyat Indonesia.
Baca Juga:Â Sejarah Peringatan Hari Koperasi Nasional
"Indonesia harus segera menjadikan koperasi sebagai lokomotif pembangunan pertanian terpadu untuk mandiri pangan dan energi berbasis sampah. Termasuk perlu ada bank khusus petani dalam membackup pertanian dan energi terbarukan." H. Asrul Hoesein, Founder Yayasan Kelola Sampah (Indonesia) Surabaya.
Bangun Koperasi Tani Pasca KUD
Bila ingin Koperasi dan UKM naik kelas melalui sektor pangan dan EBT. Salah satu cara paling efektif dan efisien untuk bangkit mandiri pangan dan energi Indonesia sesegera mungkin kita bergerak untuk menerobos masa transisi pasca Pandemi Covid-19, pintu pangan paling stratejik.
Kemenkop dan UKM harus turun bantu Koperasi dan UKM untuk angkat potensi sumber daya sampah yang berlimpah. Jangan biarkan Koperasi dan UMK berjalan sendiri, seperti anak kehilangan induk atau panutan.
Membangun kemandirian pangan dan EBT, dengan koperasi tani berbasis usaha pengelolaan sampah. Merupakan strategi jitu setelah kejatuhan Koperasi Unit Desa (KUD) pasca Orde Baru (1987/1988).