Juga sekaligus memotivasi parpol untuk maju berkembang bersama konstituennya.
Kelihatan sejak Pilpres 2004, Indonesia kekurangan pemimpin yang ada dalam parpol sendiri, muncul politikus dan parpol baru yaitu terpilih Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden RI ke-6 (Partai Demokrat) dan selanjutnya muncul Jokowi sebagai Presiden ke-7 (PDI Perjuangan), karena sangat jelas Ketum PDI Perjuangan Megawati tidak punya kader unggulan saat itu.Â
Maka Jokowi menjadi pilihan alternatif bagi Megawati sambil mengkader Puan Maharani.
Baca Juga:Â Parpol Sombong? Perebutan Putri Mahkota Puan Maharani
Semua jagoan parpol yang ada, nampak figur-figur (calon pemimpin tidak ada dari kader sendiri). Parpol susah menemukan kadernya sendiri.Â
Karena beberapa kader parpol yang muncul, ruangnya tertutup misalnya di PDI Perjuangan, Partai NasDem, Partai Gerindra, Partai Demokrat, semua partai tersebut dikuasai "kehendak atau keinginan" oleh founder utama partai.Â
Ahirnya kader yang mumpuni terpasung sendiri oleh partainya. Kekurangan parpol saat ini karena ada penguasaan ekstra oleh foundernya.
Parpol besar lainnya seperti Partai Golkar, PPP, PAN, PKB, PKS sama saja tidak ada kaderisasi partai secara profesional dan lebih parah terjadi gonjang ganjing internal untuk kepentingan pribadi lebih besar, sementara kepentingan yahg lebih besar terabaikan.Â
Ahirnya rakyat kurang percaya lagi pada parpol, kecil dan besar sama saja.
Baca Juga:Â Aturan Presidential Threshold Dinilai Batasi Jumlah Calon Presiden
Bisa jadi pasangan bacapres/bacawapres sudah cocok tapi partai pengusungnya belum sepakat, sementara kondisi politik di Indonesia memang lebih cenderung pragmatis daripada memikirkan nasib rakyat dan bangsa.