Membaca pemberitaan melalui Suara.Com dengan judul "Bikin Salut, Publik Apresiasi Kemasan Air Mineral yang Ramah Lingkungan" sedikit menggelitik untuk ditanggapi agar publik tidak ikut arus yang keliru tentang pemahaman sebuah produk yang di klaim sebagai produk ramah lingkungan.
Memangnya publik siapa yang apresiasi? Kecuali segelintir masyarakat yang menjadi pendukung gerakan anti plastik, pastilah mati-matian membela produk salah tafsir tersebut. Yang apresiasi pasti tidak paham kenapa produk itu berubah bentuk (re-Design). Paling yang dipahami adalah pengertian ramah lingkungan (RamLing) yang sangat sempit alias gagal paham.Â
Bila menelaah regulasi persampahan, maka kebijakan yang ditempuh oleh perusahaan untuk meredesain produknya dengan cara membuang label plastik sangatlah keliru.
Pemberitaan tersebut terlalu berlebihan menanggapi re-desain Kemasan Botol Air Mineral Aqua-Danone yang menggunakan "label" Emboses Tanpa Label Plastik Multylayer pada umumnya.Â
Sebuah kekeliruan besar dalam menghindari sampah tanpa mau taat pada regulasi UU. No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, ahirnya pola berpikirnya terlalu picik alias sempit sikapi sampah.
Nampak yang memberi apresiasi, juga sepertinya menjadi korban Isu RamLing yang ditiupkan secara massif sejak 2015 sampai sekarang. Juga tidak memahami masalah sampah dalam berbagai sudut pandang. Pemerintah dan lebih khusus pemerintah daerah (Pemda) di seluruh Indonesia juga ikut terbawa arus hindari plastik, ya pemda juga menjadi korban.
Gubernur Bali dan Jakarta serta beberapa kabupaten dan kota yang juga menjadi korban issu ramah lingkungan ini. Karena telah mengeluarkan kebijakan larangan penggunaan plastik sekali pakai (PSP).Â
Kalau menyasar PSP maka sungguh banyak kemasan tersebut yang umumnya mendominasi pasar, sebut misalnya kemasan mie instan, biskuit dan lain sebagainya. Itu semua menggunakan PSP dan kenapa hanya menyorot kantong plastik, sedotan plastik dan PS-Foam. Kenapa tidak larang semua kemasan PSP?
Apanya yang menarik produk air mineral bermerek emboses itu?, rasanya tidak ada deh dan malah merugikan tentunya pada perusahaan yang bersangkutan, kenapa?
- Kalau botol air mineral itu tidak dikelola tetap jadi sampah. Apa itu sudah otomatis ramah lingkungan? Tentu jawabannya, tidak kan!
- Produk tersebut sangat susah didapatkan dan bahkan tidak ada di ritel/toko apalagi di pasar rakyat atau warung tetangga, apa artinya itu semua ? Berpikir donk. Jangan terus bohongi rakyat hal plastik sekali pakai alias non RamLing.
- Hanya ingin mengejar status sebagai produk ramah lingkungan, maka harganya jadi mahal. Apakah itu masuk kategori ramah lingkungan? Impossible, Yang benar saja kalau bicara, berbuat dan mengapresiasi.
Diduga PT. Aqua Danone sudah tidak memproduksi lagi produk tersebut, pasti tidak laku di pasar umum ya?. Maka penghargaan yang pernah diterima perusahaan Danone karena dianggap berprestasi meredesain  produk tersebut, sebaiknya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencabut penghargaan tersebut sebelum terjadi resistensi atau masalah besar. Tolong cabut penghargaan itu, karena salah memberi penghargaan.Â
Korban berikutnya dari isu RamLing adalah, produk yang sama antar perusahaan vs perusahaan karena masing-masing mengklaim produknya ramah lingkungan, perang internal antar direksi dan komisaris perusahaan, terjadi gelombang PHK baik komisaris, direksi maupun karyawan. Malah ada perusahaan yang bubar, begitu kejamnya isu plastik RamLing.
Perlu diketahui bahwa sumber atau asal muasal munculnya issu ramah lingkungan yang ahirnya bergeser pada pelarangan penggunaan plastik sekali pakai (PSP) sebenarnya bersumber dari sebuah kebijakan keliru oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah Kebijakan Kantong Plastik Berbayar (KPB) atau Kantong Plastik Tidak Gratis (KPTG) pada tahun 2016.
Beberapa tulisan saya tentang KPB dan KPTG ini bisa di baca di beberapa judul yang terbit di Kompasiana. Akhir cerita dari kebijakan KPB-KPTG inilah yang menggelinding sampai ke isu ramah lingkungan yang banyak menelan korban.
Makassar, 8 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H