Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Sandiaga Menjaga Kekondusifan Menuju Pilpres 2024

22 September 2020   20:47 Diperbarui: 22 September 2020   20:53 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Sandiaga Salahuddin Uno, pengusaha dan politikus Indonesia, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sumber: Tribunnews.Com

"Kebijakan dibuat untuk kepentingan rakyat. Tapi lebih banyak kepentingan pembuat kebijakan telah membunuh rakyat"

Setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto Djojohadikusumo (Prabowo) masuk Kabinet Indonesia Maju yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Prabowo dipercaya Jokowi menjadi Menteri Pertahanan, praktis Partai Gerindra yang didirikannya harus menjadi pendukung Jokowi.

Tidak terkecuali Sandiaga Salahuddin Uno (Sandi), Pengusaha sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai  Gerindra harus ikut gerbong Prabowo (pasangan Sandi pada Pilpres 2019) untuk ikut mendukung menantu Jokowi di Pilwali Medan 2020. 

Apapun itu Sandi tidak bisa disalahkan, karena kader Partai Gerindra. Sandi tentu harua menjalankan tugas dan amanah partainya, maupun karena memang menjadi strategi Sandi sendiri untuk menjaga kondusifitas atau menciptakan perjalanan mulus karir politiknya menuju "penjaringan bakal calon" Pilpres 2024 dari partai penyokong pemerintahan Jokowi-Ma'ruf selain Partai Gerindra itu sendiri.

Membaca arah atau karir politik Sandi pada perhelatan Pilpres 2024 yang akan datang, sepertinya Sandi mencari titik aman untuk bisa dicalonkan dari berbagai partai. Termasuk dari kubu partai pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 yang lalu.

Terlepas menang atau kalah nantinya atas pasangan Bobby Nasution-Aulia Rachman  di Pilwalkot Medan, Sumatera Utara. Setidaknya Sandi sudah mengambil kesempatan dan memanfaatkan momentum politik Pilkada. 

Tentu Sandi ingin mencari simpati dalam momentum tersebut menuju Pilpres 2024, itu merupakan investasi politik Sandi ke depan. Setidaknya Sandi berkesempatan menyegarkan namanya kembali pada publik atau masyarakat Indonesia menuju Pilpres 2024.

Bagi penulis, Sandi tidak salah melakukan semua itu dan wajar-wajar saja dalam dunia politik. Karena selain membantu Bobby di Medan, Sandi juga harus turun membantu seluruh daerah dimana Partai Gerindra ikut Pilkada di bulan Desember 2020.

 "Ketika politik mengajarkan bahwa tugas politikus sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat, namun, yang terjadi mereka hanya mementingkan dirinya sendiri."-Joseph Schumpeter

Kenapa Sandi mau ikut sebagai Tim Sukses Bobby menantu Jokowi ? Karena menurut penulis adalah Sandi mempertimbangkan untuk masuk "perhatian dan perhitungan" partai dengan mudah dalam penjaringan bakal calon Presiden atau Wakil Presiden dari partai-partai besar penyokong Jokowi.

Sandi setidaknya telah membaca peta penjaringan Pilpres 2024 ke depan akan terjadi kekurangan kader pemimpin di partai saat ini atau secara umum memang harus diakui bersama bahwa di Indonesia sangat minim calon pemimpin (Capres atau Cawapres) dari kader partai manapun yang ada saat ini.

Sementara Sandi jelas masih ingin ikut pada Pilpres 2024 dan memang Sandi sangat berpeluang menjadi bakal calon Presiden atau Wakil Presiden pada Pilpres 2024 yang akan datang.

Harus diakui bahwa kader pemimpin Indonesia sangat minim. Peluang tersebut yang terbaca oleh Sandi. Ya menurut penulis, Sandi cerdas membaca situasi peta politik atau menarik perhatian dan simpati Presiden Jokowi yang sudah pasti ikut memengaruhi pencapresan yang akan datang. 

Sebagaimana pada pemberitaan di Merdeka.Com dengan judul "Pilkada Kota Medan: Bobby Untung, Sandiaga Buntung". Penulis berbeda padang dari pengamat Politik Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin yang mengatakan, bahwa Sandi akan rugi bila menjadi pendukung Bobby Nasution.

Ujang Komarudin menganggap Sandi akan dicap pendukungnya sebagai orang yang tidak konsisten. Sebab, Sandi yang dulu berlaga sebagai calon wakil presiden lawan Jokowi, kini malah membantu menantunya sebagai timses di Pilkada.

Persoalan tidak konsisten yang diduga diperankan oleh Sandi itu sudah luntur dengan sendirinya, karena Prabowo sendiri yang menjadi pasangan Sandi terlebih dahulu yang sudah bergabung menjadi salah satu menteri di Kabinet Jokowi.

Wonosobo, 22 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun